[Mahasiswa yang sedang malakukan aksi diam di depan gedung rektorat Unne. Sumber Gambar INA]

Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fathur Rokhman beserta staffnya menemui mahasiswa yang sedang menggelar aksi diam di depan gedung rektorat pukul 07.40 WIB, Selasa (5/6). Rektor menanyakan nama dan fakultas mahasiswa satu per satu. Namun, mahasiswa aksi diam sepakat untuk tetap tutup mulut dan tidak memberikan jawaban. Sehingga terjadi beberapa peristiwa yang dianggap mahasiswa aksi sebagai tindakan yang tidak menyenangkan.

Mahasiwa berinisial INA yang terlibat dalam peristiwa tersebut mengaku jika dirinya mencoba mempertahankan tasnya yang hendak diambil paksa oleh Rudi Salam, salah satu staff Unnes. Karena tidak berhasil, Rudi meminta jaket dan membuka penutup kepalanya. Namun, ia tetap menolak karena menurutnya hal itu tidak pantas dilakukan. Selain itu, ia memang tidak mengizinkan dengan alasan privasi.

Staff Unnes juga  membuka penutup wajahnya AA secara paksa dan menggeledah saku mahasiswi tersebut tanpa izin untuk mencari identitasnya. “Jujur, saya merasa dilecehkan. Birokrat dengan intelektual tinggi tetapi sikapnya tidak mencerminkan seperti itu dan tidak sepantasnya melakukan tindakan tersebut.” ujar INA menceritakan keluh kesah AA atas perlakuan staff Unnes tersebut.

Menurut kesaksian INA, ada mahasiswa perempuan dengan inisial FN yang tengah melakukan aksi dengan tiduran di depan rektorat dipindah secara paksa oleh dua orang staff Unnes. Namun FN tidak bersedia dimintai keterangan. Ia menyarankan kami menanyakan hal tersebut kepada INA.

Sementara itu, Humas Unnes Hendi Pratama menjelaskan bahwa mahasiswa yang saat itu tiduran di depan rektorat dipindahkan karena dirasa tidak wajar. Pasalnya mahasiswa tersebut tidur tidak pada tempatnya dan dikhawatirkan akan menimbulkan dehidrasi, sebab sedang menjalankan ibadah puasa. Aksi diam ini merupakan bagian dari aksi penolakan uang pangkal yang dilakukan pada Senin (4/6).

Aksi diam yang dilakukan oleh mahasiswa ini menunjukan bentuk kekecewaan mereka karena pada Senin (4/6) pihak pimpinan Unnes tidak ada yang menanggapi aksi. Alhasil aksi Senin lalu dilanjutkan dengan aksi diam tersebut. Aksi diam adalah aksi tanpa orasi, dimana mahasiswa melakukan aksinya dengan memakai masker dan membawa atribut berupa tulisan “Tolak Uang Pangkal” diatas kertas.

INA juga memberikan tanggapannya terkait perlakuan birokrat kepada mereka, “Tidak sewajarnya perempuan diperlakukan demikian, kita adalah warga negara yang berhak menyampaikan aspirasi kita, namun yang dilakukan birokrat malah mengintimidasi, birokrat juga tidak berhak melakukan perampasan barang mahasiswanya.”

Mahasiswa aksi yang lain sebelumnya diperingati oleh Fathur Rokhman untuk melakukan aksi menggunakan almamater. Ia memeritah staffnya, Rudi Salam untuk menyuruh mahasiswa pulang mengambil almamaternya jika tngin melakukan aksi. “Yang tidak pakai almamater suruh pulang saja,” tuturan Fathur Rokhman kepada Rudi Salam yang disampaikan INA saat di wawancarai reporter linikampus.com.

Dalam aksi diam tersebut, ada pula mahasiwa yang mengenakan kostum layaknya pocong dan tiduran di depan pintu rektorat. Aksi ini sebagai bentuk rasa kekecewaaan akibat pihak birokrat tidak mau menemui massa aksi pada hari sebelumnya. Menurut keterangan mahasiswa tersebut, ia dipaksa beristighfar dan membaca syahadat. Karena ia tetap diam, akhirnya dua orang pimpinan Unnes mengangkat kemudian memindahkannya ke Musala Rektorat.

Menanggapi hal tersebut Hendi mengatakan, “Melihat aksi tersebut, tentunya pimpinan tak akan membiarkan mahasiswanya melakukan pelanggaran dan membiarkan adanya aliran mistis terjadi di ranah akademis karena dirasa tidak etis.”

Hendi juga mengaatakan bahwa aksi mahasiswa diakhiri dengan damai oleh satu mahasiswa. “Dia bersalaman, minta maaf, berpelukan, sampai menangis dengan pimpinan Unnes. Sebelum akhirnya dia bergeser dengan sendirinya,” jelas Hendi seraya menunjukkan foto seorang mahasiswa berpelukan dengan salah satu pimpinan Unnes.

Menurut keterangan massa aksi, pada pukul 10.00 WIB mereka meninggalkan rektorat tanpa kesepakatan dengan pihak birokrat. Namun, mereka menyatakan akan tetap aksi pada hari selanjutnya meskipun tuntutannya tak dikabulkan oleh pihak birokrat.

Malam harinya sebelum melancarkan Aksi diam, massa aksi menggelar paggung bebas di selasar gedung rektorat. Serangkaian acara dari buka bersama, shalat Tarawih bersama, shalawat bersama terselenggara hingga mahasiswa menginap di selasar gedung rektorat.

Reporter: Siti Nurhazizah dan Fitriana Silva

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here