FeatureUncategorized

Bukan Hal Baru, Cerita Lama Paper Mob PPAK

Paper Mob PPAK 2018 yang ada di Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang [Doc. BP2M/ Nila]

“Lakukan lah paper mob paling tidak sekali selama jadi mahasiswa”, itulah ungkapan populer di Program Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaa (PPAK). Saya  tiba bertepatan dengan peserta PPAK  yang tengah dibariskan di lapangan basket depan gedung E9  teknik mesin Fakultas Teknik (FT). Pengkondisian peserta dikomando oleh Hanisa Tri Mardiana, penanggug jawab paper mob sekaligus koordinator seksi acara PPAK Fakultas tersebut.

Peserta dibariskan menurut garis kotak-kotak yang telah dibuat panitia dengan tali rafia dan terdapat kode warna di masing-masing kotak tersebut.  Sebelum paper mob berlangsung , koordinator yang akrab dipanggil  Diana ini terlebih dahulu menanyakan kesehatan peserta. ”Yang pingin semaput siapa?” Tanya Diana. Respon pertama para peserta adalah tertawa dengan memaknai kata “pingin” dengan keinginan yang cuma-cuma bukan bentuk ingin yang lain.

Tak lama stelah itu saya  diajak oleh Humas PPAK bernama Rizka Dwi M masuk ke gedung teknik mesin untuk melihat penampakan hasil paper mob dari lantai tiga. Di dalam ruang skripsi itulah berada ketua BEM FT bersama panitia lain memberikan instruksi melalui walkie talkie. Telah terpasang juga  toa di jendela agar terhubung dengan panitia di bawah terutama pada penanggung jawab paper mob. Ahmad Najib Zulianto, beberapa kali memberi koreksi. Intruksi itu muncul  ketika  peserta paper mob  salah dalam membalik kertas atau tidak memegang kertas dengan dua tangan secara benar.

Baca Juga Berita Kampus: Mewajibkan Maba Bawa Fitchips, Panitia PPAK Dikritik

Demi membuat semua peserta fokus  dan paper mob berlangsung lebih cepat, I Kurnia Shafa, ketua panitia PPAK FT harus berteriak “satu komando” kepada peserta . Seketika peserta diam dan langsung memusatkan perhatiannya kepada panitia yang sedang memberikan komando.

Proses paper mob mulai dari ide sampai eksekusi  memerlukan waktu dua bulan. Awalnya Diana mengaku bingung ketika menentukan konsep. Kebingungannya dikarenakan banyaknya pertimbangan. Ia ingin membuat gambar yang bagus dan bisa banyak bergerak tapi bisa banyak kesalahan. Pilihan lain jika gambar yang sedikit, kesalahannya sedikit tetapi akan kurang  menarik. Akhirnya Diana memutuskan untuk  membuat tidak banyak kesalahan dengan sedikit gambar tapi hasil tetap baik.

Kini koreografi yang terlaksana adalah tulisan Teknik Unnes Hebat. Tahun ini menggunaka koreo statis  dimana peserta tidak bergerak dan yang berganti-ganti apabaila nanti video digabungkan adalah tulisan teknik unnes hebat. Hal ini dikarenakan background tidak berbeda . Menurut penuturan Diana konsep papermob yang ia ajukan mendapat banyak  kritikan yang masuk. Hal itu harus direvisi beberapa kali hingga keputusan akhir konsep.Tidak berakhir disitu, sialnya file konsep gambar papermob terhapus dari komputernya. Hal tersenut mengharuskannya membuat ulang.

Kendala yang dialami selama papermob pun masih sama dari tahun ketahun yaitu warna kertas yang meskipun telah diberi contoh warna tapi tetap saja ada mahasiswa baru yang salah dalam membawa. Selain itu menurut Diana kendala lain adalah faktor kerjasama antara sesama  panitia.

Baca Juga Berita Kampus: Paper Mob 3D PPAK Unnes 2018, Pertama Kali di Indonesia

“Yang paling susah itu selain pengkondisian peserta sebenarnya adalah mengatur teman sendiri. Susahnya itu terletak pada kerjasamanya  karena mereka sibuk sedangkan kita butuh bantuan,” tutur Diana. Lalu dari serangkaian prosesi paper mob yang  membuat peserta menguras keringatnya dan panitia menghabiskan suaranya,  sebenarnya apa imbal baliknya kepada mereka yang melakukan atau masyarakat yang melihat hasilnya di media sosial?

Hal ini dijawab oleh I kurnia shafa, selaku ketua PPAK FT. “Buat kenang-kenangan untuk mereka. Jadi kalo kenang-kenangan itu untuk seumur hidup, tidak bisa sembarangan.  Selain itu juga doa dan memberitahu (termasuk kepada penduduk media sosial) kalau kita itu hebat.”  Offa juga menambahkan apabila FT memang terkenal dengan ke-kreatifitasanya.

Pesan itu ditangkap dengan riang gembira oleh  peserta . Respon beberapa mahasiswa baru yang saya temui setelah melakukan aksi paper mob, lebih tepatnya setelah melakukan Salat Asar tidak mempermasalahkan  ketika menjalani pertunjukan paper mob. “Seneng tapi  menguji kesabaran. Ini juga merupakan bentuk kreatifitas panitia,” ujar Farah Fadillah mahasiwa baru Prodi  Teknik Arsitektur yang berpakaian hitam putih saat itu. Pendapat itu juga sepaham seperti yang diutarakan Farkhan Masruri mahasiswa baru Prodi Pendidikan Teknik Otomotif  bahwa paper mob membentuk suatu karya untuk memperkenalkan FT.

Ada atau tidaknya prosesi angkat-mengangkat kertas berwarna itu, tidak berpengaruh pada acara orientasi mahasiswa baru. Hal itu diakui Diana. Paper mob ini hanya sebagai pemanis dan menjadi standar kemeriahan sebuah  acara menyambut mahasiswa baru. Saya juga sempat terkejut setelah mengetahui bahwa pertunjukan paper mob itu juga bisa mengukur keberhasilan seseorang dalam sebuah organisasi. Saya tidak menemukan sesuatu yang baru di paper mob tahun ini, dibandingkan dengan satu tahun yang lalu ketika saya masih jadi mahasiswa baru di FT Unnes ini.

“Kalau dipikir-pikir ada atau tidaknya paper mob juga tidak berpengaruh. Tapi disini yang saya rasakan adalah perasaan gengsi. Seandainya tahun kemarin ada paper mob  dan tahun ini tidak ada, maka dapat dikatakan saya adalah orang yang gagal. Seperti  tahun lalu pemimpin sebelumya memberikan bantuan satu miliar, ” ujar Diana yang tepat duduk di depan saya untuk menyudahi obrolan kami.

[Nila]

Comment here