Unnes Perlu Kembangkan Energi Terbarukan
Kabar

Unnes Perlu Kembangkan Energi Terbarukan

Ilustrasi Energi Terbarukan

Pada 9 April 2019, muncul sebuah petisi yang digagas oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) bernama Chasani Aldaroji berjudul “Dorong Unnes Menggunakan Energi Alternatif” pada laman change.org. Petisi ini ditandatangani sebanyak 85 orang sampai 9 Mei 2019. Selaku penggagas, Chasani mengungkapkan alasannya bahwa ia ingin Unnes menjadi kampus konservasi di bidang energi.

Menghimpun informasi dari laporan konservasi.unnes.ac.id, Unnes memang memiliki potensi yang besar akan angin, cahaya matahari, serta tanaman atau pohon. Apabila potensi tersebut dapat dikelola dan dikembangkan, tentunya menjadi sumber energi terbarukan yang memberi manfaat besar bagi masyarakat kampus maupun masyarakat sekitar.

Informasi pada laman yang sama, mengacu pada workshop energi terbarukan tahun 2012, bahwa Unnes memang direkomendasikan untuk membangun dan memanfaatkan matahari sebagai sumber listrik. Oleh karena itu, untuk merealisasikan energi terbarukan berupa sumber matahari tersebut diadakankanlah kegiatan FG Energi Surya yang diselenggarakan oleh Divisi Clean Energi Badan Pengembangan Konservasi.

Sementara itu pada tahun 2018, Unnes berhasil meraih posisi ke-85 dengan skor 6925 dalam UI GreenMetric World 2018 University Ranking. Perankingan tersebut didasari oleh indikator Unnes diantaranya pada Energy and Climate.

Setengah Jalan

Sejauh ini Unnes sudah mengupayakan ketersediaan energi terbarukan melalui berbagai macam penelitian baik dari dosen maupun mahasiswa. Penerapan teknologi tepat guna juga sudah mulai diaplikasikan oleh Unnes. Hal tersebut diungkap oleh Said Sunardiyo, Staf UPT Konservasi Unnes.

Said memaparkan bahwa saat ini Unnes sudah memiliki beberapa lampu penerangan jalan yang menggunakan teknologi panel surya. Lampu-lampu tersebut kini tersebar hampir di seluruh fakultas dan beberapa bangunan yang ada di Unnes. Titik-titik tersebut antara lain di Embung, depan FIP, depan FT, depan FIK, depan FE, LP2M, dan yang paling baru yaitu berada di Gedung Perpustakaan Unnes.

Pemeliharaan panel surya tersebut diakui Said cukup mudah yaitu cukup di bersihkan permukaan modulnya. Di samping itu, pihak UPT konservasi dan divisi rumah tangga melakukan peninjauan langsung secara berkala dalam rangka pemeliharaan panel surya tersebut. Kendala yang menengarai alat tersebut bisa tidak berfungsi adalah dari kualitas akumulator penyimpanan listrik yang kurang bagus.

“Karena sebagian pengadaan panel surya sekitar tahun 2011-an maka sekarang sudah mulai terganggu. Jika akumulatornya diganti yang berkualitas maka bisa bertahan lama,” ucap Said ketika ditemui tim linikampus, Kamis 2 Mei 2019.

Tidak hanya memanfaatkan sinar matahari, Unnes juga memiliki pengelolaan biogas dari kotoran manusia sebagai upaya menerapkan teknologi terbarukan lainnya. Lokasi tersebut berada di rusunawa putri. Namun, saat ini pengelolaan biogas tersebut masih dalam tahap perbaikan.

Hasil dari pemanfaatkan biogas tersebut dapat digunakan untuk menyalakan lampu dan gas tentunya. Nantinya gas tersebut digunakan untuk menyuplai gas ke kantin-kantin yang berada di rusunawa.

Di sisi lain, Unnes juga merambah ke pemanfaatan mobil listrik. Hal itu guna guna mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sekaligus mengurangi dampak emisi yang ditimbulkan, Unnes telah memiliki 9 unit kendaraan listrik atau lebih dikenal dengan nama golf car.

“Ada golf car yang memang diperuntukan untuk shuttle yang berguna melayani civitas akademika. Tunggu aja nanti ini lagi proses pengaturan mekanismenya,” ungkap Agung Wiyanto, Kasubbag Barang Milik Negara (BMN).

Pada tingkat fakultas, Fakultas Teknik sudah memiliki satu kendaraan yang menggunakan tenaga surya. Kendaraan tersebut dioperasikan untuk aktivitas dekanat  FT

Target Kedepan

Said mengatakan dalam jangka pendek atau 1-2 tahun ke depan, Gedung H dan Gedung BPTIK akan dipasang panel surya di atap-atapnya (roof top). Jalan ini ditempuh untuk memasok energi listrik lebih besar dari energi alternatif melalui panel surya. Perencanaan pembangunan roof top tersebut telah dilakukan pengkajian oleh pihak-pihak terkait.

“Hal ini menunjukkan bahwa Unnes ada gereget, Unnes benar-benar serius untuk membangun energi terbarukan,.”  kata Said dalam melihat komitmen Unnes untuk mewujudkan ketersedian energi terbarukan.

Tidak dapat dimungkiri, ke depan Unnes akan merambah bidang lain mengingat potensi yang dimiliki. Menurut keterangan Said, saat ini Unnes baru mengembangkan biodiesel sebagai energi alternatif. Pengembangan teknologi ini masih dalam tahap pengembangan di Laboratorium Jurusan Teknik Kimia dan Teknik Mesin.

Said berharap Unnes dalam jangka waktu ini, bisa mengembangan teknologi panel surya dalam skala besar. Sehingga bisa memasok listrik sebagian besar kebutuhan listrik kampus. Unnes yang selama ini di tanggung oleh PLN. Wilayah yang berpotensi pengadaan panel surya dalam skala besar tersebut diantaranya berada di atas gedung GSG. Penelitian-penelitian terkait energi terbarukan  tersebut dapat digunakan untuk bahan PKM mahasiswa dan dosen dari jurusan yang terkait seperti Teknik Elektro, Teknik Mesin, dan Teknik Kimia.

Namun, tidak menutup kemungkinan dosen dari jurusan lain pun juga tertarik dalam bidang itu. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh dua dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Much Aziz Muslim dan Budi Prasetiyo yang mengembangkan inovasi energi terbarukan melalui Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) KemenristekDikti 2017.

Mereka membuat penelitian dengan judul “Inovasi Smart Solar Home System Dengan Teknologi Grid Charging Untuk Mendukung Konservasi Energi”.  Aziz menjelaskan, alat ini merupakan solar control dengan teknologi smart grid battery charging control. Sementara smart charging adalah alat yang mampu memilih baterai yang levelnya paling rendah untuk melakukan pengisian baterai.

Sejumlah Kendala

Sebagai kampus konservasi, Unnes memang telah berkomitmen bahwa akan senantiasa meningkatkan ketersedian energi terbarukan. Namun, Unnes terkendala akan besarnya investasi dan masih sebagian kecil peneliti yang berminat dalam bidang ini.

Meskipun pengadaan alat merupakan investasi yang mahal, ke depan energi akan terus dibutuhkan dan tidak selamanya bergantung dengan energi fosil. Aziz, selaku dosen yang telah melakukan penelitian tersebut berpendapat jika ini bakal menjadi unggulan kampus konservasi dari sisi energi yang mampu mengurangi ketergantungan listrik dari PLN tetapi bukan mengganti sepenuhnya. Sampai sekarang, penemuan tersebut masih sebatas usaha pribadi miliknya dan Unnes belum memaksimalkan penemuan tersebut.

Tim Laporan Utama : Niamah, Ahmad Abu Rifai, Syifa Amalia

Infografik: Fikri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *