BP2M/Nila. Suasana pemungutan suara di salah satu TPS Fakultas Teknik (5/12) |
Momen demokrasi Universitas Negeri Semarang telah sampai pada puncaknya. Setelah proses pengajuan calon, kampanye dan debat yang telah dilaksanakan, tadi pagi hingga sore resmi terselenggara Pemilihan Umum Raya.
Semarang, Linikampus.com – Bila tahun lalu penyelenggaraan tiap-tiap fakultas memiliki sistem tersendiri, di tahun ini sesuai misi Komisi Pemilihan Umum Raya (KPUR) KM, Pemilihan Umum Raya (Pemira) terselenggara serentak dengan sistem online.
Pemilihan Capresma-Cawapresma, ketua BEM, ketua Himpunan Mahasiswa dan Program Studi, dewan DPM KM, dan dewan DPM Fakultas cukup dengan satu aplikasi yang otomatis hak suara pemilih terinput datanya menuju server pusat.
“Sistem online menggunakan jaringan internal kampus, suara akan masuk ke satu server, jadi suara-suara yang masuk nanti penghitungannya dilakukan secara komputerisasi sehingga lebih cepat dan akurat, hasilnya pun lebih cepat selesai dan lebih cepat diumumkan,” terang Faisal Fazri Akmal, Ketua Panitia Pemilihan Umum Raya Jurusan Matematika 2017.
Kebijakan ini dinilai lebih efektif dan diharapkan mampu meningkatkan minat pemilih dan menurunkan angka golput.
Seperti halnya di Fakultas Teknik, terdapat tujuh TPS yang tersebar di Gazebo E2, Gedung E3, E5, E8, E10, E11, dan E12.
Masing-masing TPS tersedia tiga bilik suara dan setiap bilik terdapat satu komputer atau laptop. Pemungutan suara dimulai pukul delapan pagi sampai lima sore dilanjutkan dengan pembukaan suara pukul tujuh malam.
“Pemira serentak secara online ini bertujuan untuk menghemat penggunaan kertas, lebih cepat dalam hal waktu pemungutan suara maupun penghitungan suara,” ujar Fajar Mutiara Sari, Sekretaris KPU Fakultas Teknik.
Sama halnya seperti yang diungkapkan Faisal, mengingat Unnes sebagai universitas berwawasan konservasi sudah barang tentu jika implementasi nyata dari pernyataan ini perlu dibuktikan, salah satunya pemanfaatan teknologi informasi sebagai perwujudan program nirkertas.
“Ini sangat menunjang visi Unnes yang konservasi karena nirkertas sangat terlaksana di sini, jadi kalau kita pemilihan umum biasa kan membuang-buang kertas banyak untuk membuat surat suara, setelah dicoblos sudah tidak berguna lagi lalu dibuang jadi sampah. Nah, tapi kalau di sistem online ini kita tidak membuang-buang kertas, jadi lebih ramah lingkungan dan seperti kalimat awal saya yaitu lebih menunjang konservasi,” jelas Faisal.
Untuk di Fakultas Teknik, telah diselenggarakan Pemira Online pada tahun 2014 lalu, namun pada tahun 2015-2016 kembali dengan sistem pemilihan konvensional dengan menggunakan kertas suara.
Secara keseluruhan persiapan yang dilakukan tidak sampai satu bulan. Persiapan meliputi kesiapan jaringan, pengiriman foto-foto kandidat, sistem dan uji coba aplikasi serta persiapan panitia.
Tidak dipungkiri, sistem online juga membawa banyak kendala, misalnya wifi yang mati, hang sehingga tidak bisa digunakan, error, dan sebagainya mengakibatkan tidak jarang saat pemilih memasuki bilik untuk memilih memerlukan waktu yang lama karena kendala teknis yang cukup banyak
Meskipun Pemira Online serentak terbilang baru, namun para pemilih tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Bahkan, para pemilih menyambut positif pemira secara online ini. Seperti yang diungkapkan Marlinda, mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro.
“Pemira online lebih memudahkan dan lebih aman. Pengalaman saya sebagai panitia tahun lalu bahwa ketika pemungutan suara dengan kertas, panitia masih kewalahan. Dengan adanya pemira online ini saya rasa lebih efektif dan masih perlu diadakan sosialisasi bagi mahasiswa baru mengingat ini pertama kalinya mereka mengikuti pemira,” ujarnya. [Nila, Riri] magang linikampus.com
Baca juga :
TPS Jurusan Geografi Dapat 284 Pemilih
Server dan Koneksi Wifi Masih Jadi Kendala Pemira 2017