Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Kabar

Tetap Sigap Melayani di Bawah Terik Matahari

KSR dan PMI mengevakuasi peserta PPAK yang sakit. [Doc.BP2M/Meditta]

Di tengah riuh lapangan Atletik Prof. Dirham Unnes pada 19 Agustus 2019, gadis berseragam putih biru dengan logo PMI nampak siaga. Matanya tak lepas mengawasi barisan mahasiswa yang sedang mendengarkan instruksi dari pembawa acara pagi itu. Jam baru menunjukkan pukul 09.00 WIB, namun beberapa mahasiswa sudah mengangkat tangan—tanda sakit.

Dengan sigap, gadis bernama Yuli Asih Angoro Sari itu membopong dan membawanya ke tenda. Ia mendudukkannya di atas karpet. Dua rekannya datang membantu untuk melepaskan sepatu mahasiswa itu, mengendorkan dasi lalu memberinya air putih. Tak berapa lama. Wajah mahasiswa tersebut tidak lagi pucat. Helaan napas keluar dari mulut.

Matahari mulai naik, pukul 10.00 WIB, Yuli bersama rekannya mulai kewalahan menangani mahasiswa yang butuh pertolongan. Ada empat tenda yang disediakan, namun melihat banyaknya mahasiswa yang sakit, menurut Yuli, jumlah tendanya kurang. Ditambah lagi mahasiswa yang sudah pulih enggan kembali ke barisan.

“Tahun ini jumlah mahasiswa yang sakit lebih banyak daripada tahun kemarin. Mungkin faktor cuaca juga,” jelas Yuli.

Ia juga menambahkan semakin siang, situasi semakin riuh dan kurang kondusif. Belum saat mengevakuasi mahasiswa yang sakit berada di tengah-tengah barisan, membuat tim medis harus berkerja lebih ekstra. Walau begitu, ia dan timnya tetap profesional dan sigap menolong mahasiswa yang sakit.

Suasana seperti ini, bukan hal asing bagi Yuli. Pasalnya, sudah tiga tahun berturut-turut, mahasiswa angkatan 2016 itu menjadi salah satu tenaga medis bagian evakuasi di kegiatan PPAK Universitas.

KSR dan PMI mengevakuasi peserta PPAK yang sakit. [Doc.BP2M/Meditta]
Kepada tim Linikampus, Yuli mengatakan mendapatkan kepuasan tersendiri jika bisa membantu orang lain. Alih-alih menganggapnya sebagai beban, Yuli justru senang dan menganggap kegiatan ini sebagai tantangan.

“Memang butuh perjuangan, sebelum terjun langsung ke lapangan, kita—anggota Korps Sukarelawan (KSR)—juga harus melakukan latihan demi kelancaran tugas sebagai tenaga medis,” tutur Yuli.

Kemudian dia juga menjelaskan beberapa latihan tambahan dan satgas apa saja yang harus dilakukan. Walau di tengah kesibukannya menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata) Alternatif di Plalangan, Yuli tetap menyempatkan diri untuk latihan.

“Tadi malam sekitar pukul sebelas malam saya baru sampai di kos setelah rapat KKN. Keesokan harinya saya sudah bersemangat ingin menjalankan tugas, tapi tiba-tiba perut saya sakit. Tak apa, hanya mulas biasa,” jelas Yuli.

Lalu tepat pukul tujuh, mahasiswa jurusan IKM (Ilmu Kesehaan Mahasiswa) itu sampai di lapangan dan langsung bergabung dengan rekan lainnya yang berjumlah 35 orang. Hal ini semata-mata ia lakukan demi kecintaannya pada dunia kesehatan.

Reporter : Endang

Editor     : Ahmad Abu Rifai

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *