Ngarak Tirta: Upaya Warga Jatiwayang Menghidupkan Tradisi dan Kerukunan
Berita Kabar Kilas

Ngarak Tirta: Upaya Warga Jatiwayang Menghidupkan Tradisi dan Kerukunan

Prafestival Bukit Jatiwayang III digelar sebagai tradisi tahunan masyarakat RW 03 Jatiwayang, Ngemplak, Simongan, Kota Semarang. Acara ini digelar pada Minggu (20/3) pukul 16.00 sampai 17.00 WIB yang diikuti oleh sembilan RT di Jatiwayang. Prafestival ini diselenggarakan dalam rangka pembukaan acara puncak festival yang akan diselenggarakan pada September mendatang. 

Prafestival III ini mengusung tema “Guyub Rukun Gotong Royong.” Bersamaan dengan peringatan hari air, warga mengusung subtema “Ngarak Tirta.” Tradisi ini digelar dalam rangka merekatkan kembali hubungan antarwarga. 

“Pada saat ini, antara warga satu dengan yang lain kurang rekat dan jarang mengenal. Beda dengan dahulu, makanya kita adakan kegiatan-kegiatan untuk lebih merekatkan masyarakat,” ucap Waris—ketua panitia acara prafestival.

Kegiatan ini dimulai dengan penampilan grup rebana dari RT 08. Selanjutnya diikuti oleh sembilan gadis pembawa kendi berisi air dari sembilan sumber mata air. Disambung oleh anak-anak yang memukul kentongan, serta ibu-ibu yang membawa hasil panen. Tidak hanya itu, terdapat pula seorang wanita yang mengendarai sepeda motor yang membawa gerobak cilor dengan payung besar yang dihias dengan kertas marmer sebagai simbol profesinya. Kegiatan diakhiri dengan rombongan pembawa tiga gunungan, diantaranya satu gunungan besar berisi buah dan sayuran sebagai simbol hasil bumi, satu gunungan kecil berisi jajanan, dan satu gunungan kecil berisi berbagai jenis kopi instan. Gunungan tersebut akan dibagikan pada akhir acara. 

Warga melakukan arak-arakan mengelilingi lingkungan RW 03. Arak-arakan dimulai dari balai RW dan diakhiri di pertigaan jalan. Setelah arak-arakan berakhir, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan sembilan kendi kepada lurah, ketua RW, dan salah seorang anggota TNI. Prosesi penyerahan kendi diiringi dengan tarian oleh seorang lelaki paruh baya memakai kain lurik. Lalu, dilanjut dengan rebutan isi gunungan. Gunungan kecil diperuntukkan bagi anak-anak, sedangkan gunungan besar untuk dewasa.

Misdi selaku Ketua RT 02 mengatakan bahwa semua gunungan dibuat oleh warga RT 02, tetapi bahan pembuatannya dari masyarakat sekitar. Sejalan dengan pendapat Misdi, Waris mengungkapkan bahwa pembuatan gunungan ini tanpa pendanaan.

“Kita tekankan untuk setiap kegiatan dengan istilah ‘nol budget’. Jadi, memang tujuannya warga sama-sama memiliki wilayah Jatiwayang. Pada dasarnya kegiatan ini dinggo kampungku balik ning kampungku,” ucap Waris.

Penyerahan kendi berisi air dari sembilan sumber mata air kepada TNI. [BP2M/Haeva]
Warga melakukan kegiatan rebutan gunungan. [BP2M/Haeva]
Dalam acara festival tersebut terselip harapan warga yang menginginkan masyarakatnya tetap kompak, erat, dan akrab. Seperti yang diungkapkan oleh Misdi bahwa ia berharap warganya tetap kompak. Setidaknya acara ini sebagai hiburan dan ucapan terima kasih telah diberi kesehatan dan keselamatan oleh Tuhan. 

“Harapannya semakin banyak yang menyaksikan acara festival, banyak pula yang ikut berpartisipasi. Hal ini bermula dari keluh kesah sesepuh karena masyarakat mulai individual sehingga mereka merindukan guyub rukun. Dengan diadakan festival ini, harapannya menambah kerukunan RW 03 sesuai slogan ‘Guyub Rukun Gotong Royong RW 03 Jos!’,” tutur Ami—warga RT 01.

 

Reporter: Rusdiyana & Haeva Kurniasari

Editor: Nafadila Avril Ervian Then

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *