[Mahasiswa masa aksi tolak uang pangkal berdemontrasi di depan gedung rektorat, senin (4/5). Doc. BP2M/ Lala Nilawanti] |
Hiruk pikuk mahasiswa yang sedang melangsungkan aksi dari jalanan kampus timur Universitas Negeri Semarang (Unnes) hingga kampus barat Unnes terdengar. Sembari menyanyikan lagu dan berorasi (4/6) mereka berjalan menuju gedung rektorat. Aksi tersebut menyuarakan beberapa tuntutan, yaitu penghapusan uang pangkal yang menciderai ketunggalan Uang Kuliah Tunggal (UKT), pemberlakuan UKT yang sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa, dan menolak segala tindakan represif dari kampus terhadap mahasiswa Unnes.
Aksi yang diikuti oleh berbagai kalangan mahasiswa Unnes itu sempat terhenti karena adanya penghadangan oleh pihak keamanan di gerbang kampus barat, di samping Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA). Perdebatan pun terjadi, namun tak mengurungkan niat mahasiswa hingga memutuskan untuk berjalan menerobos melewati samping gerbang untuk sampai ke rektorat. Sampai di rektorat, ada banyak meja-meja yang kembali menghalangi massa aksi masuk ke gedung, pintu rektorat juga digembok dan dijaga oleh beberapa satpam. Massa lalu memindahkan meja-meja ke samping, agar aksi bisa dilangsungkan di depan pintu rektorat.
Sebelum aksi dilakukan, mahasiswa telah lebih dulu meminta izin. “Secara administrasi kita sudah melakukan pemberitahuan kepada pihak rektorat. Sebenarnya hal-hal semacam ini tidak perlu dengan perizinan. Ketika kita tidak melakukan surat pemberitahuan mana ada spanduk sebesar itu ada di depan rektorat?” ujar Bintang Indrawangsa Susanto, koordinator aksi.
Bintang juga menambahkan, surat pemberitahuan juga sudah diberikan ke Polisi Sekitar Gunung Pati, mereka pun memperbolehkan aksi dengan syarat tetap menjaga kenyamanan, keamanan dan tidak anarkis. “Dari awal kita sudah damai, sudah menaati aturan mereka tetapi mengapa kita tetap dihadang? Berarti mereka tidak ingin adanya kita di sini padahal kita niatnya baik ingin meluruskan permasalahan agar cepat selesai dan kampus kembali berproses seperti biasanya,” tambahnya.
Sebelum aksi dilakukan, pihak birokrat sudah melakukan diskusi dengan mahasiswa terkait uang pangkal. Hendi Pratama, kepala UPT Humas mengatakan tuntutan sudah terpenuhi terkait uang pangkal, angkanya pun sudah diturunkan. “Menurut kami aksi hari ini jadi tidak beralasan sehingga kami juga kurang tahu apa yang diinginkan tidak jelas apalagi bulan puasa jadi kurang baik. Tapi aksi ini juga harus tetap dihormati. Pihak birokrat sudah beberapa kali mengadakan diskusi hanya saja mahasiswa hari ini ingin menyampaikan aspirasinya,” ujar Hendi.
Bintang menambahkan mematok uang pangkal terserah universitas sebenarnya tidak wajib diterapkan namun melihat kondisi kampus sekelas Universitas Gajah Mada (UGM) saja tidak menerapkan uang pangkal bahkan UKT memang benar melihat kondisi ekonomi keluarga.
Antusiasme massa masih bergejolak meski setelah salat zuhur, Rektor Unnes Fathur Rokhman belum juga memberikan tanggapan atas tuntutan yang dibawa mahasiswa Unnes. Bintang juga menegaskan jika pimpinan tidak menanggapi berarti harus diadakan perundingan, massa tidak bisa menetapkan sendiri karena bukan membawa nama Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) tidak lagi membawa nama lembaga universitas tetapi membawa nama mahasiswa Unnes.
Siti Kholipah, Wakil Presiden Mahasiswa berharap, tuntutan tetap goal sehingga masih akan menunggu perkembangan.“Jika masih belum ada perkembangan nanti akan dirapatkan kembali karena ini juga suara mahasiswa terkait Unnes ke depan seperti apa nanti akan dirumuskan bersama,” kata Siti.
Penulis : Dwi Indah Indriani
Editor : Siti Badriyah