Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Berita Kabar Kilas

Buntut dari Runtuhnya Plafon Kelas di Kampus PGSD Ngaliyan, Aliansi Mahasiswa Unnes Desak Pembangunan Menyeluruh

Aliansi Mahasiswa Unnes melakukan aksi di depan Gedung Rektorat merespons kerusakan gedung di PGSD Ngaliyan pada Jumat (17/02). [Magang BP2M/Ari Tama]

Jumat (17/2), Aliansi Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) menggelar aksi di depan Gedung Rektorat dengan tajuk “PGSD Ambrol Birokrasi Dobol”. Aksi tersebut dilakukan untuk mendesak para pimpinan Unnes untuk melakukan renovasi secara masif kampus Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar (PGSD) Ngaliyan. Hal tersebut sebagai respons atas runtuhnya plafon di salah satu ruang kelas yang biasanya masih digunakan mahasiswa di kampus cabang tersebut, Kamis (16/2) lalu. 

Dalam orasinya, Fajar Rahmat Sidik selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Unnes (BEM KM Unnes) menyampaikan bahwa robohnya plafon di salah satu ruang kelas itu merupakan akibat dari lalainya dan tidak seriusnya pihak Unnes dalam menyikapi persoalan pembangunan di PGSD Ngaliyan. “PGSD menjadi masalah tahunan yang terus bergulir tanpa solusi yang konkret,” jelasnya. 

Selaras dengan pernyataan Fajar, Nur Fadillah Bakti Utomo salah satu mahasiswa PGSD Ngaliyan yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Unnes juga meresahkan perihal pihak kampus yang tidak serius menangani persoalan di PGSD Ngaliyan. Fadil menuturkan bahwa sejak awal mereka selalu mencoba mengantisipasi kejadian serupa. Adanya kejadian plafon yang runtuh pada Kamis lalu menjadi puncak alasan agar suara mereka didengar oleh pimpinan Unnes.

“Sebenarnya, kami dari tahun-tahun kemarin sudah mencoba menyuarakan nasib dari PGSD. Namun, tindakan yang dilakukan dari pimpinan hanya sebatas renovasi-renovasi kecil seperti mengganti cat dan mengganti plafon,” tuturnya.

Tak hanya soal gedung PGSD Ngaliyan yang sudah tidak layak, fasilitas dalam kelas juga tidak bisa sepenuhnya mereka nikmati. “Fasilitas kelas seperti proyektor, pendingin ruangan, dan kipas juga sebenarnya ada. Tapi, rata-rata sudah nggak bisa digunakan,” keluh Berliana Aurora Oktavianingrum, mahasiswa PGSD saat ditemui di aksi tersebut.

Adib Saifin Nu’man selaku Koordinator Lapangan (Korlap) mengaku terkejut saat pertama kali mendengar kabar tersebut. Menurutnya masalah yang terjadi di Kampus Ngaliyan itu juga menjadi masalah mahasiswa Unnes di Sekaran. 

“Karena kita ini jadi satu bagian dari Unnes. PGSD itu Unnes dan Saya juga Unnes. Artinya kita sama-sama perlu menggalang kekuatan, perlu menggalang solidaritas yang memang sama. Bagaimana caranya kita ‘gol’ kan satu pembangunan di PGSD Ngaliyan,” ujar Adib.

Dalam aksi tersebut, Aliansi Mahasiswa Unnes membawa enam tuntutan, yaitu mengharapkan pimpinan kampus untuk hadir dan dan memberikan solusi atas permasalah di PGSD Ngaliyan; meminta jajaran birokrasi untuk segera melakukan pembenahan, perbaikan, dan melengkapi seluruh sarana prasarana; meminta jajaran birokrasi untuk berkomitmen untuk merawat sarana dan prasarana serta kelayakan gedung di PGSD Ngaliyan; menuntut kejelasan infrastruktur PGSD Tegal; Mendesak transparansi pembangunan infrastruktur Unnes; dan menuntut pembangunan yang sesuai kebutuhan mahasiswa .

Menjawab tuntutan tersebut pihak kampus yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Heri Yanto menyatakan akan bertanggung jawab atas kerusakan di Kampus PGSD Ngaliyan. Di depan massa aksi, Heri mengatakan, pada tahun ini pihaknya akan mengalokasikan anggaran sebesar enam miliar yang akan digelontorkan dalam dua tahap.

Selain itu, Heri juga menjanjikan dalam waktu dekat, pihaknya akan menambah sarana penunjang perkuliahan, seperti komputer. Itu dilakukan setelah ia berkunjung ke kampus PGSD Ngaliyan dan menemui hampir semua unit komputer di satu laboratorium tidak berfungsi dengan baik. “Besok Senin, akan dikirim dua puluh unit komputer,” janjinya. 

Di penghujung aksi, perwakilan Aliansi Mahasiswa Unnes menyerahkan kotak sumbangan sebagai bentuk satire kepada pihak kampus yang dinilai tidak punya uang. Kemudian, dilakukan penandatanganan pakta integritas yang berisi seluruh tuntutan dengan disaksikan oleh seluruh peserta aksi. Aksi yang dimulai sekitar pukul 14.30 WIB itu usai pada pukul 16.53 WIB.

 

 

Reporter: Ary Tama (Magang), Ana Saputri (Magang)

Editor: Iqda Nabilatul Khusna

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *