Rekam Jejak Tradisi Jambi dalam Karya Textile Art
Feature Uncategorized

Rekam Jejak Tradisi Jambi dalam Karya Textile Art

Dok. Lala
Terinspirasi dari kekhasan budaya Jambi, Dina Adelya membuat karya Textile Art sebagai media pengembangan di seni rupa dengan tema pelestarian budaya tradisional. Karyanya diperuntukkan sebagai pengingat dan rekam jejak yang diwujudkan dalam media tekstil.

Lini Kampus – Ruang Galeri I, Gedung B9 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) menjadi tempat pameran karya Dina Adelya, mahasiswi Seni Rupa Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai proyek studi S1-nya. “Jambitious” judul yang diangkat Dina dengan tajuk “Tradisi Jambi sebagai Inspirasi Karya Textile Art”, Senin (8/5).

Pameran ini digunakan untuk mengangkat budaya Jambi ke dalam karya Textile Art sebagai media pengembangan seni rupa. Selain itu, sebagai pelestarian dan pengingat budaya tradisional. Hal ini dapat diwujudkan melalui karya seni yang dituangkan seniman ke dalam media tekstil, benang, dan manik-manik yang disusun sedemikian rupa.

“Mengapa saya mengangkat budaya Jambi? Karena saya ingin mengangkat budaya Jambi khususnya kebudayaan Melayu. Selain itu, perkuliahan di kampus tidak memberikan materi mengenai Textile Art. Universitas di Indonesia yang sudah mengembangkannya hanya ada di ISI Yogyakarta dan ITB. Karena alasan tersebut, saya bermaksud untuk mengembangkan seni rupa yang ada di Unnes supaya memiliki karya Textile Art,” ujar Dina Adelya, gadis asal Jambi ini.

Karya Textile Art ini terinspirasi dari kekhasan budaya adat tradisional Jambi. Salah satunya adalah cara berpakaian masyarakat Jambi, berawal dari suku Anak dalam yang menggunakan cawat kulit kayu terap untuk anak laki-laki dan perempuan untuk menutup tubuhnya.

Dina memaparkan mengenai pergeseran nilai budaya, seperti masuknya budaya asing dan penyebaran agama di Jambi. Suku Anak mulai mengenal kain untuk menutup tubuh mereka, pada saat berkunjung ke desa lain untuk menjual atau menukar hasil berburu dan meramu.

Masyarakat Jambi menggunakan pakaian adat tradisional seperti baju teluk belango untuk laki-laki dan baju kurung untuk perempuan sebagai pakaian sehari-hari. Karakteristik karya yang dibuat Dina adalah naif kekanak-kanakan, dekoratif, dan warna-warni. Semuanya berkonsep menyederhanakan suatu bentuk menjadi dekoratif. Ini yang dianggap Dina menjadi keunggulan karyanya pada pameran ini.

“Karyanya unik, berbeda dari yang lain yang biasanya lukisan realis di pameran-pameran. Karyanya cukup menggambarkan budaya Jambi, sehingga saya bisa mengenali tradisi berpakaian salah satunya dari karya itu,” ujar Rizqi Mawardika mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang menggunjungi pameran tersebut.

Dalam ruang galeri terdapat dua belas karya lukis tekstil Dina Adelya yang dipamerkan, tiga berbentuk jaket dan sisanya berbentuk lukisan dinding. Pameran ini masih berlangsung hingga tanggal 10 Mei 2017 dan dibuka untuk umum secara gratis tanpa dipungut biaya. [Lala]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *