Sastra
Cerpen Uncategorized

Lilin di Akhir Zaman

Sumber: http://gobekasi.pojoksatu.id/ Oleh : Aziz Darmanto Teras halaman rumah masih menjadi tempat favorit ibu menghabiskan malam. Ibu selalu duduk termangu memandangi rembulan sembari menyeruput teh hangat pahit yang setia menemani. Kadang aku mereka-reka apa yang dipikirkannya. Entah hingga kini tak dapat ku pahami. Kerap kali aku hanya sekadar menyapa dan bertanya, “Bu, lagi mikir apa? Kok

Read More
Puisi Uncategorized

Kau, Tidak Usah Khawatir

Oleh : M. Izet Bighoviq Jangan salahkan negriku Salahkan saja orang-orangnya Tetapi jangan kau salahkan yang benar                     Jangan caci maki negriku                     Caci maki saja orang-orangnya                    

Read More
Cerpen Uncategorized

Sepotong Roti Sobek

Oleh : Vitra Fhill Ardy Kumisnya lebat. Seperti tokoh pak RT dalam sinetron-sinetron yang kerap berselingkuh dengan seorang janda. Tapi, ia bukan pak RT. Ia hanyalah penggemar Iwan Fals di masa muda yang kalau kau berkunjung ke kontrakannya, atau sekadar berada di depan kontrakannya, akan melihat tulisan “DKSH”-akronim dari judul lagu Iwan Fals yaitu Damai

Read More
Cerpen Uncategorized

Mengejar Senja Sebelum Petang

crystalgraphics.com Oleh : Lala Nilawanti Malam ini tidurku dirumah tak akan nyenyak. Tidak ada yang lebih menakutkan dari sosok cemas yang menggerogoti hati. Kini cemas berubah jadi hidup dan tak terkendali. Mondar-mandir tak menentu memenuhi seisi otak. Akhir-akhir ini cemas sering berkunjung, entah hanya ingin menjadi aku atau menjadi dia. Pagi cemas mengucapkan selamat datang

Read More
Puisi Uncategorized

Topeng Yang Bertopeng

Oleh : Lala Nilawanti Hidup memang sandiwara Bulan matahari saksikan skenario tuhan Topeng diciptakan sepasang dengan hidup Tapi topeng kini mengganda Ada dimana-dimana Ada pada siapa saja Ah sial, tidak hanya satu dari tuhan Topeng mana yang harus lebih dipercaya Topeng yang satu? dua? atau tiga? Topeng yang kanan? atau kiri? Topeng yang merah? hijau?

Read More
Puisi Uncategorized

Melepas

Oleh : Aji Budi Riyanto Kehidupanku kini hanya ada tentang membuang-buang waktu sampai batas waktuku habis Atau jika cakarmu cukup kuat tertancap pada pikiranku Jalan satu-satunya yang aku ambil adalah memenggal kepalaku *Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Read More