Tim Ekspedisi Mengenal Tanaman Obat di Gunung Andong, Magelang |
Naik gunung sekarang sudah tidak asing lagi bagi
khalayak. Apalagi kaum muda. Bahkan, bagi sebagian masyarakat, naik gunung
menjadi gaya hidup, berburu keindahan saat matahari terbit kemudian mengabadikan melalui
foto. Namun, berbeda dengan Mahasiswa Pecinta Alam (Mahapala) Universitas
Negeri Semarang (Unnes), naik gunung dilakukan untuk mengenali dan menentukan
identitas tanaman obat di Gunung Andong (1726 mdpl), Kecamatan Grabag, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu (13-14/2) kemarin.
khalayak. Apalagi kaum muda. Bahkan, bagi sebagian masyarakat, naik gunung
menjadi gaya hidup, berburu keindahan saat matahari terbit kemudian mengabadikan melalui
foto. Namun, berbeda dengan Mahasiswa Pecinta Alam (Mahapala) Universitas
Negeri Semarang (Unnes), naik gunung dilakukan untuk mengenali dan menentukan
identitas tanaman obat di Gunung Andong (1726 mdpl), Kecamatan Grabag, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu (13-14/2) kemarin.
“Selama
beberapa kali mendaki, kami melakukan kegiatan ini. Tujuan melakukan
identifikasi ini mengenal tanaman obat apa saja yang ada di gunung khususnya
Gunung Andong, melihat Indonesia merupakan surganya tanaman obat,” ungkap Ketua
Ekspedisi, Priyo Handoko.
beberapa kali mendaki, kami melakukan kegiatan ini. Tujuan melakukan
identifikasi ini mengenal tanaman obat apa saja yang ada di gunung khususnya
Gunung Andong, melihat Indonesia merupakan surganya tanaman obat,” ungkap Ketua
Ekspedisi, Priyo Handoko.
Rombongan Ekspedisi berjumlah 9 orang ini terdiri
dari 1 orang ketua tim teknis pendakian
dan yang juga pemerhati tanaman obat, 6 orang anggota Mahapala, dan 2 orang
warga sekitar. Kemudian rombongan dibagi menjadi dua tim. Tim pertama mendaki
dari pukul 23.00 WIB, kemudian tim kedua
mendaki pada pukul 06.00 WIB.
Alumni
Mahapala Unnes dan juga pemerhati tanaman obat asal Magelang ini
mengungkapkan, tanaman obat banyak manfaatnya dan pengenalannya perlu
dilakukan pada kaum muda.
Mahapala Unnes dan juga pemerhati tanaman obat asal Magelang ini
mengungkapkan, tanaman obat banyak manfaatnya dan pengenalannya perlu
dilakukan pada kaum muda.
Lelaki yang
pernah melakukan Ekspedisi Pengibaran Sang Saka Merah Putih di Gunung
Kalimanjaro, Afrika pada 2009 ini juga menambahkan, ada lebih dari 100 tanaman
obat di Gunung Andong. Di antara obat herbal tersebut adalah tanaman krokot dan
patikan kebo yang salah satu kegunaannya untuk menyembuhkan disentri, dan masih
banyak lagi tanaman obat lainnya.
“Ada salah satu tanaman yang menarik yaitu Usnea barbata fries selain berguna
sebagai tanaman obat, tanaman ini merupakan salah satu indikator kondisi
lingkungan. Di Gunung Andong ada tapi tidak terlalu banyak,” jelasnya.
Warga setempat memberi tanggapan kegiatan tersebut.
Warga yang mengikuti kegiatan ini Rabani dan Siswanto senang menjadi tahu jenis
dan manfaat tanaman obat yang ada di daerah tempat tinggal mereka.
Warga yang mengikuti kegiatan ini Rabani dan Siswanto senang menjadi tahu jenis
dan manfaat tanaman obat yang ada di daerah tempat tinggal mereka.
Berbagi
Ilmu di Kaki Gunung
Ilmu di Kaki Gunung
Selain bagaimana cara melestarikan alam, ilmu
navigasi darat, cara berpetualang dengan mengedepankan keselamatan, dan ilmu
kepecintalaman lainnya , organisasi Pecinta Alam juga mempelajari dan melakukan
pemetaan terhadap gunung. Seperti halnya Mahapala tadi, selain identifikasi tanaman obat juga melakukan pemberian materi kepada pengelola tempat singgah (base camp) di kaki Gunung Andong.
navigasi darat, cara berpetualang dengan mengedepankan keselamatan, dan ilmu
kepecintalaman lainnya , organisasi Pecinta Alam juga mempelajari dan melakukan
pemetaan terhadap gunung. Seperti halnya Mahapala tadi, selain identifikasi tanaman obat juga melakukan pemberian materi kepada pengelola tempat singgah (base camp) di kaki Gunung Andong.
Pada malam hari sebelum identifikasi tanaman obat
dilakukan pada pagi hari, tim memberikan materi
kepada pengelola base camp
yang beranggotakan puluhan pemuda pengelola base
camp pada pukul 20.00 sampai 22.00. “Materi yang kami sampaikan mengenai
cara membaca peta dan cara evakuasi korban saat pendakian yang benar. Misalnya
materi cara penanganan pendaki yang mengalami hipotermia dan hipoksia. Materi
ini penting untuk bekal mereka dan dimanfaatkan sebagai bentuk tanggung jawab
pengelola base camp yang telah membuka dan mengelola pendakian di Gunung
Andong,” jelas Pemberi Materi Priyo Handoko setelah memberikan materi malam
itu.
Ketua
Mahapala Unnes Miftakhul Ulum juga
mengatakan, gunung yang mulai dikenal dan sering menjadi tujuan pendakian oleh
khalayak dua tahun belakangan ini, membutuhkan pendampingan pengelolaan base camp. “Ini sebenarnya inisiasi dari alumni, kami melakukan ini supaya kami dapat berbagi
ilmu bersama pengelola base camp. Dan mereka dapat semakin baik mengelola base
camp dengan pengetahuan yang bertambah,” tambahnya di sela-sela istirahat
setelah pendakian.
Mahasiswa Teknik Mesin Unnes yang juga pernah
mengibarkan Sang Saka Merah Putih di Gunung Elbrush Rusia (2011) dan Gunung
Aconcagua, Argentina (2013) ini juga
mengungkapkan, pengelola base camp
tidak hanya menerima dana hasil penarikan retribusi namun pengelola juga
bertanggung jawab atas keamanan pendakian.
Warga setempat menangapi kegiatan yang dilakukan
Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unnes dan alumni di daerahnya. “Kami senang ada
yang mau berbagi ilmu di sini, adanya pembukaan pendakian ini tidak hanya
memberikan keuntungan finansial, tapi juga ilmu kepada kami yang semoga bisa
dimanfaatkan untuk kemajuan base camp di sini,” kata Ketua Pengelola Base Camp Agus
ketika mengikuti pemberian materi. (MLH)