Semyum siswa-siswi PAUD Lembah Sroyo, Temanggung, Jawa Tengah (BP2M/ Fajar) |
kami sedang bermain dengan bahaya. Jurang di Selatan, lembah di Utara. Arah
yang lain adalah kelas kita belajar. Namun, kami pintar dan berkarakter. Kami
bahagia dididik alam agar tangguh dan bunda-bunda yang begitu tegar. Setegar
udara segar di PAUD kami di bawah lembah. PAUD Lembah Sroyo, Temanggung, Jawa
Tengah.”
anak kecil dengan ransel merah muda, terpogoh menuruni jalan di balik lembah.
Begitu semangat. Di sampingnya ada seorang ibu, berjalan dengan payung di
tangan kirinya. Keduanya berhenti. Terdengar sayup-sayup ibu itu berpesan,
“Sampai sini, ya, Nak,” anak kecil yang juga seorang murid itu pun mengangguk
berbagi semburat senyumnya yang manis. Kemudian si anak kecil berlari menuruni
tangga curam dengan riang setelah menyapu tangan ibunya.
Belajar mengenal anggota tubuh (BP2M/ Fajar) |
Saat
kami datang, pagi itu tampak menyenangkan. Anak-anak menyambut kami, tidak
terkecuali anak kecil tadi. Mereka menunggu di anak tangga menuju sekolah
mereka. Tangan kami bersambut secara bergantian. Mereka antre, panjang seperti
ular, tanpa berebut. Apabila sudah selesai, mereka berlari, segera menjauh dari
kami dengan wajah ceria.
Menunggu teman berangkat bersama (BP2M/ Fajar) |
memasuki area sekolah, bukan halaman luas yang pertama kami lihat. Bukan
taman-taman bunga. Bukan tiang pancang bendera yang mengibar karena hari Senin dan
bukan tempat bermain untuk berlari
dengan leluasa. Entah sadar atau tidak, mereka sedang bermain dengan bahaya.
Batas teras kelas adalah jurang.
Naik tangga, melangkah pulang (BP2M/ Fajar) |
Para
murid PG-PAUD Lembah Sroyo yang berada di Kelurahan Madureso, sudah mengantre
panjang untuk berwudu adalah kegiatan wajib mereka. Hal ini merupakan salah
satu gambaran pendidikan berbasis Islam khususnya pendidikan usia dini yang
hanya memiliki 4 tenaga pengajar untuk
60 peserta didik tersebut.
prasarana yang kurang memadai, tidak menjadi pukulan berat bagi para guru,
oleh para murid disebut Bunda. Bunda
sebagai pengajar yakni ibu-ibu rumah tangga yang memiliki niat untuk
memperbaiki pendidikan di daerah dengan mengedepankan potensi yang dimiliki
anak-anak.
Proses
pendidikan sejatinya transfer nilai dan budaya. Pembelajaran dengan menggunakan
alam sebagai medianya, dapat lebih berdaya guna. Nilai-nilai luhur dari
pendidikan seperti jelajah alam untuk memperkenalkan murid untuk mencintai
biota-biota alam sekitar, akan muncul dengan tanpa disadari dan dipaksa. Maka,
tidak lah mengherankan apabila kemudian lulusan sekolah ini dapat tampil dengan
performa unggulan sehingga diterima untuk melanjutkan ke sekolah-sekolah
favorit.
Reporter : Eva Rafiqoh