“Gus Dur adalah simbol kebhinekaan Indonesia. Dia tidak
membuat sekat, tapi merekatkan.”
membuat sekat, tapi merekatkan.”
BP2M – Minggu pagi, 25 Desember 2016, terik matahari tidak
menyurutkan antusiasme warga Kota Semarang untuk melakukan aktivitas seperti
biasa. Car Free Day (CFD) yang dimaknai sebagai hari bebas kendaraan memang
sudah menjadi rutinitas bagi warga Kota Semarang di Minggu pagi. Orang-orang berkumpul
tumpah ruah di kawasan Simpang Lima. Kawasan yang biasanya dipenuhi kendaraan
bermotor, setiap Minggu pagi disulap menjadi ruang terbuka bagi masyarakat.
Beragam aktivitas dilakukan di antaranya berolahraga, senam, bermain sepatu
roda, dan kegiatan lainnya.
menyurutkan antusiasme warga Kota Semarang untuk melakukan aktivitas seperti
biasa. Car Free Day (CFD) yang dimaknai sebagai hari bebas kendaraan memang
sudah menjadi rutinitas bagi warga Kota Semarang di Minggu pagi. Orang-orang berkumpul
tumpah ruah di kawasan Simpang Lima. Kawasan yang biasanya dipenuhi kendaraan
bermotor, setiap Minggu pagi disulap menjadi ruang terbuka bagi masyarakat.
Beragam aktivitas dilakukan di antaranya berolahraga, senam, bermain sepatu
roda, dan kegiatan lainnya.
Menariknya, ada yang berbeda dari CFD pagi itu. Komunitas Gus
Durian melakukan gelar karya terbuka untuk mengajak peserta CFD agar mengingat
kembali sosok Gus Dur, Presiden Indonesia keempat. Gus dur yang bernama lengkap
Abdurrahman Wahid wafat pada tahun 2009. Untuk itu, bertepatan dengan wafat Gus Dur yang jatuh pada bulan Desember, komunitas Gus Durian Kota Semarang yang bekerja
sama dengan komunitas seni rupa UIN Walisongo memeringatinya dengan gelar
karya.
Durian melakukan gelar karya terbuka untuk mengajak peserta CFD agar mengingat
kembali sosok Gus Dur, Presiden Indonesia keempat. Gus dur yang bernama lengkap
Abdurrahman Wahid wafat pada tahun 2009. Untuk itu, bertepatan dengan wafat Gus Dur yang jatuh pada bulan Desember, komunitas Gus Durian Kota Semarang yang bekerja
sama dengan komunitas seni rupa UIN Walisongo memeringatinya dengan gelar
karya.
Abdullah Ibnu Tholhah, aktivis Gus Durian Kota Semarang mengatakan,
kegiatan ini merupakan serangkaian peringatan Haul Gus Dur ketujuh. Adanya
kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat kembali mengingat sosok Gus Dur dan
perjuangannya dalam mengembangkan toleransi untuk merawat keberagaman di negeri
ini. Kesadaran akan toleransi sangat diperlukan oleh negara ini yang memiliki
corak keragaman yang sangat kuat.
kegiatan ini merupakan serangkaian peringatan Haul Gus Dur ketujuh. Adanya
kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat kembali mengingat sosok Gus Dur dan
perjuangannya dalam mengembangkan toleransi untuk merawat keberagaman di negeri
ini. Kesadaran akan toleransi sangat diperlukan oleh negara ini yang memiliki
corak keragaman yang sangat kuat.
Gelar karya terbuka diisi oleh pameran karitur yang
berkaitan dengan Gus Dur. Selain itu, Gus Durian juga memberikan wadah bagi
masyarakat untuk memvisualisasikan persepsi mereka terhadap Gus Dur. “Ada yang
menggambar bunga, ada yang menggambar tempat ibadah, ada pula yang menggambar
karikatur Gus Dur,” ujar Abdullah.
berkaitan dengan Gus Dur. Selain itu, Gus Durian juga memberikan wadah bagi
masyarakat untuk memvisualisasikan persepsi mereka terhadap Gus Dur. “Ada yang
menggambar bunga, ada yang menggambar tempat ibadah, ada pula yang menggambar
karikatur Gus Dur,” ujar Abdullah.
Putri, salah seorang pengunjung yang turut berpartisipasi
dalam kegiatan gelar karya tersebut melukis gambar bunga dengan tinta yang
disediakan panitia. “Bunga ini saya persembahkan kepada Gus Dur. Dia akan
senantiasa indah bagi Indonesia, seperti bunga ini,” ucapnya dengan suara yang
pasti. [Teguh]
dalam kegiatan gelar karya tersebut melukis gambar bunga dengan tinta yang
disediakan panitia. “Bunga ini saya persembahkan kepada Gus Dur. Dia akan
senantiasa indah bagi Indonesia, seperti bunga ini,” ucapnya dengan suara yang
pasti. [Teguh]