………….
Kami adalah buruh bukan sekadar pesuruh
Kami adalah boneka dibalik etalase megah
Kami ingin engkau rengkuh dari segala belenggu
Kami ingin engkau timang dari penjarah ladang
Dan kembali kami peringatkan :
Marsinah tak akan pernah fana
Ia hidup pada jantung tiap manusia
Cuplikan puisi berjudul ‘Marsinah Tak Akan Pernah Fana’ karya Arum Yuliya Lestari seolah merefleksikan semangat dan ketertarikannya terhadap sastra. Bermula dari lomba menulis dan membaca puisi yang diikuti ketika duduk di Sekolah Dasar, Arum Yuliya Lestari kini telah menorehkan berbagai kejuaraan dari kompetisi karya sastra, baik puisi maupun esai.
Ia pernah mendapat juara 1 Membaca Puisi Mahasiswa Tingkat Internasional di Solo. Selain itu, juara 3 Membaca Puisi Kreatif di Jepara tahun 2016 dan Menulis Puisi Tingkat Jateng-Daerah Istimewa Yogyakarta. Lagi, baru-baru ini pada tangal 19 April 2017 ia berhasil membawa pulang piala juara 2 Lomba Essai Tingkat Nasional di Medan.
Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni itu memang tertarik dan suka terhadap karya sastra khususnya puisi. Tetapi, hal tersebut sempat pudar ketika ia memasuki Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dengan alasan karena tidak adanya fasilitator yang mendukung dan mewadahi dirinya agar dapat mengembangkan bakat dan ketertarikannya terhadap karya sastra.
Ketika memasuki dunia perkuliahan, bakat menulis dan membaca puisi yang sempat hilang akhirnya muncul kembali dan dapat diperdalamdengan luas. Hal itu berkat bantuan dosen dan teman-temannya. Latihan-latihan pun ia jalani dengan tekun sehingga ia dapat menjadi seperti sekarang ini. Sebagaimana Marsinah, yang selalu hidup pada jantung tiap manusia, sastra tak akan pernah fana dalam dirinya.
Salah satu motivasinya untuk terus berprestasi adalah ibunya. “Ketika diusia saya yang sudah 19 tahun ini saya belum bisa membahagiakan ibu lewat materi, maka saya harus bisa membahagiakannya lewat prestasi,” ujar mahasiswa semester empat Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia itu.
Arum memiliki cita-cita kelak dapat membuka perpustakaan mini yang didalamnya berisi buku-buku sastra, sehingga dapat menjadikan tempat yang tepat bagi orang-orang yang menyukai karya-karya sastra. Perpustakaan mini tersebut bertujuan untuk menarik minat orang agar mulai menyukai karya sastra karena menurutnya masih sedikit orang yang menyukai karya sastra, “Kita saja yang jurusan sastra ada yang tidak suka dengan karya sastra, apalagi jurusan lain,” tutupnya. [Uswatun]
Gambar : sumber google.com