Saya belum cukup yakin, bahwa karya Alan Poe akan diterima di Indonesia sebab, salah satu cerita yang saya baca, penuh dengan adegan kekerasan. Saya yakin, suatu negara akan senantiasa melindungi rakyatnya dari paham radikal tentang kekerasan. Seperti, di Mesir, Salah Abdel Sadek, Kepala Layanan Informasi Mesir dalam konferensi pers nya menganggap Tom and Jerry sebagai penyebab tindak kekerasan di Timur Tengah.
Menyitir web www.tirto.id, 4 Mei 2016 silam, di Universitas Kairo, Salah Abdul Sadek, menuturkan bahwa kartun Tom And Jerry adalah akar segala kekerasan dan ekstremisme yang terjadi di timur tengah. Tom and Jerry menggambarkan sebuah komedi slapstick yakni komedi dengan aktivitas fisik yang memiliki unsur derita, celaka dan aniaya. Biasanya dapat disaksikan di program komedi Opera Van Java, dsb.
Bayangkan, Tom and Jerry sebagai tontonan anak-anak saja, dianggap sebagai sebab paham radikal di Mesir, apalagi jika sejak kecil anak-anak membaca buku Poe?
Namun, apakah akar kekerasan benar-benar sepenuhnya disebabkan oleh tayangan atau bacaan? Lalu, bagaimana cara membedakan antara tayangan dan bacaan yang baik? Bagaimana mengajarkan kepada generasi muda tentang memahami kehidupan-kehidupan kecil yang pernah terjadi, tentang kekerasan itu sendiri, yang perlu dipelajari pula, misalnya?
Sebenarnya, mengenal Tom and Jerry, atau Allan Poe tidak sama dengan mengenal kekerasan. Kalimat tersebut perlu digaris bawahi. Barangkali ada yang belum mengenal Poe dan karyanya, berikut sedikit ulasan nya. Edgar Allan Poe merupakan penulis puisi, cerpen dan kritik sastra asal Amerika. Poe unik. Poe, menyumbangkan khazanah genre pada cerita fiksi abad ke-19. Ia menciptakan cerita-cerita horor, misteri dan kejahatan. Poe, yang baru cermati, menulis sebuah buku yang berjudul Kucing Hitam. Buku seri fiksi klasik terjemahan tahun 2004.
Dalam empat cerita, masing-masing diberi judul terjemahan: Tong Anggur, Topeng Maut, Sebuah Kisah, dan Kucing Hitam. Keempat kisah tersebut sama-sama, menghadirkan karakter utama yang bersifat bengis, gila, barangkali psikopat. Tong Anggur, Sebuah Kisah dan Kucing Hitam, ketiga tokoh “ Aku” di sana membuat aksi percobaan pembunuhan kepada tokoh lain. Asik nya, aksi percobaan pembunuhan tersebut menggunakan banyak versi cara.
Tong Anggur: disinyalir karena dendam, tokoh aku membawa untuk menjebak ‘musuh’ dalam perang dingin mereka, yakni, Fortunato pada makam keluarga bawah tanah, yang sepi nan lembab. Tiba-tiba pada sebuah sudut yang sunyi, tokoh aku me jeruji Fortunanto. Fortunanto meronta-ronta, kehabisan tenaga, hingga tidak bernapas lagi. Supaya perbuatan nya tidak curigai, aku menembok Fortunanto, dan meninggalkan nya di ruang yang dingin itu.
Lagi, Sebuah Kisah, lebih bengis. Tokoh aku membunuh seorang laki-laki bermata burung nasar, ya kejam, yang tinggal di sebuah rumah yang gelap, dengan membekap nya di bawah kasur. Ia menyembunyikan mayat sang tua, dengan memutilasi dan menyembunyikan di papan lantai rumah itu. Dalam cerita nya, motif yang timbul sangat lah aneh. yakni mata.
“Ku kira yang menjadi sebab adalah mata nya! Ya itulah sebabnya. Salah satu mata nya tampak seperti mata burung nasar. Mata itu berwarna biru pucat, dengan sebuah bayangan di atasnya. bila ia menatap ku, darah ku mendesir. Dan sedikit demi sedikit timbul gagasan ku untuk membunuh nya. Dengan begitu, aku kan mengenyahkan mata itu untuk selamanya,” (2004:58)
Kemudian, kisah Kucing Hitam, tokoh Aku yang awalnya sangat menyukai kucing, karena sifatnya yang tidak stabil, akhirnya berubah menjadi sangat benci dengan seekor kucing hitam miliknya. Karena kebencian itu, ia menggantung Pluto, pada sebuah pohon di belakang kebun rumah nya.
Belum lama atas peristiwa menggantung Pluto, kembali kecintaan nya kepada kucing muncul, dibawa nya seekor kucing yang serupa dengan Pluto ke rumah. Istri nya pun menerima kucing nya dengan baik.
Namun, rasa benci itu kembali menghampiri, percobaan pembunuhan terulang. Sekarang caranya, ia menggunakan golok. Percobaan pembunuhan itu nyaris terjadi, disangkal lah ia, oleh istri nya, dan istri yang akhirnya terbunuh. Istri nya tewas.
Tokoh Aku menyembunyikan mayat istri nya di bekas perapian yang ia tutup kembali dengan semen, untuk menutupi aksi pembunuhannya. Namun, aksi nya ter endus polisi karena dalam perapian terdengar suara tangisan perempuan dan polisi segera membongkar nya. Tidak jauh dari kejadian tersebut terdapat Pluto di sebelah mayat istri nya, yang seolah-olah menjadi petunjuk, membawa pada kebenaran.
***
Konon, kehidupan Poe yang dipenuhi penderitaan lah yang berhasil mempengaruhi ide karya-karya nya. Orang tua Poe meninggal saat ia berusia dua tahun. Harta warisan yang semestinya menjadi haknya, tidak ia terima. Studi nya di Universitas Virginia dan West Point terhenti karena mabuk-mabuk kan, belum lagi istri nya yang meninggal sekitar usia awal dua puluhan karena tuberkulosis.
Poe menyadarkan kita bahwa, pada umumnya orang dewasa membelajarakan pada anak-anak pada hal-hal yang normal, biasa, dan cerita seadanya yang berkali ulang. Hal ini pada dasarnya baik, karena seusia anak-anak memiliki daya ingat yang kuat, untuk melakukan suatu yang baik. Namun, tidak ada salahnya ketika kita membelajarkan hal-hal yang belum ia ketahui. Tindak kekerasan yang pernah terjadi, atau kejadian yang dapat membuat anak-anak bisa membandingkan mana hal baik dan mana hal yang kurang baik. Ini adalah filsafat yang sebenarnya. Mengetahui hal yang baik, dengan mengetahui hal yang kurang baik.
Eva Rafiqoh
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Unnes, 2013