Sebuah Penyambutan di Selaksa Karya
Laporan Utama Uncategorized

Sebuah Penyambutan di Selaksa Karya

Dok. Laeli/BP2M

Mahasiswa baru Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) dituntun untuk mengikuti sebuah ekspedisi yang akan membawa mereka ke tempat yang penuh dengan karya pada PPAK FBS 2017.


Semarang, Linikampus.com – Ada yang berbeda pada Program Pengenalan Akademik dan Kejuruan (PPAK) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) sejak Senin hingga Rabu, (21-23/8). Sebagian mahasiswa baru mengenakan payung saat berbaris di lapangan. Saat itu, pukul 11.00 WIB matahari beranjak naik ke atas kepala dan cuaca sedang cerah.

Selama PPAK Fakultas, panitia menganjurkan peserta untuk membawa payung. “Kami menganjurkan untuk membawa payung agar pada saat cuaca terik mereka bisa menggunakan payung itu supaya tidak kepanasan. Daripada nanti mereka sakit, mereka akan ketinggalan serangkaian kegiatan, lebih baik kan antisipasinya mereka menggunakan payung,” ujar Sadam Nurrahman, Wakil Ketua Panitia PPAK FBS 2017.

Seperti sebuah peribahasa, “sedia payung sebelum hujan”. Namun, FBS menerapkan peribahasa lain yaitu, “sedia payung sebelum kepanasan”.

Tak hanya soal payung yang membuat FBS berbeda dengan fakultas lain. Ekspedisi Pinisi Menuju Selaksa Karya merupakan tema yang diangkat pada PPAK FBS tahun ini. Tema ini diartikan bahwa PPAK adalah sebuah perjalanan yang akan menuntun peserta menuju sebuah tempat dengan karya-karyanya yang menggambarkan karakter FBS.

Dengan maskot Abhinaya (perwujudan gajah sumatra) yang dianggap mempunyai sifat cerdas, empati, dan berjiwa sosial, diharapkan peserta dapat meneladani sifat yang dimiliki Abhinaya.

Saat pelaksanaan kegiatan ini, peserta dibagi menjadi 14 kelompok. Nama kelompoknya pun mengambil nama pulau-pulau terluar di Indonesia yang dianggap kurang populer di telinga masyarakat Indonesia. Seperti Alor, Karimunanak, Kawio, Kisar, Kolepon, Larat, Liki, Lingayan, Marampit, Makalehi, Meatimiarang, Panambulai, Pelampong, dan Sebatik.

Tujuannya agar pengetahuan peserta tentang pulau-pulau yang ada di Indonesia berkembang. “Karena pengetahuan kita sendiri dari dulu hanya mengenal pulau-pulau yang populer saja. Harapannya, saat kami menyuguhkan nama kelompok dengan nama pulau-pulau terluar. Pengetahuan mereka bisa meningkat,” jelas Sadam (23/8). [Laeli/Doni]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *