dok. pribadi/Mahasiswa yang hendak pulang usai mengikuti kajian |
“Rasulullah SAW menjadi seorang pedagang jujur selama 28 tahun sejak usianya 12 – 40 tahun, menjadi seorang nabi dan rasul selama 23 tahun sejak usianya 40 – 63 tahun. Mengapa Rasulullah lama menggeluti di bidang perniagaan? Ada apa sebenarnya dengan berniaga?” tanya Ustad Awaludin Pimay di tengah-tengah forum kajian.
Semarang, Gunungpati – Kamis (19/10) para pemuda dan pemudi telah memadati bangku-bangku panjang di sebuah saung Santrendelik. Tepatnya di Jalan Kalialang Lama No. 44 Sukorejo, Gunungpati.
dok. pribadi/ keramaian di santrendelik |
Acara kajian telah berlangsung mulai pukul 19.30 WIB. Terlihat halaman parkir kendaraan telah penuh sesak. Di halaman utama setelah pintu masuk terdapat saung mini. Di situ telah disajikan kopi, teh, gorengan, dan nasi kucing gratis.
Saung berbentuk joglo tersebut didekorasi semenarik dan senyaman mungkin. Lampu-lampu taman, bangku-bangku panjang berwarna oranye dan kuning, pohon-pohon berhiaskan lampu, dan iringan musik untuk menambah suasana makin akrab dan santai.
Malam itu Yayasan Santrendelik Kampung Tobat mengadakan pengajian bergaya nongkrong anak muda dengan kemasan jauh dari kata serius.
dok. pribadi/ Ustad Awaludin mengkaji DKI |
Ada kesan lucu, unik, menggelitik yang membuat para santrendeliker (sebutan jamaah santrendelik) menjadi makin mudah memahami ilmu-ilmu agama.
Santrendelik memang rutin menyelenggarakan pengajian bagi anak-anak muda tiap malam Jumat. Pembicara yang dihadirkan beragam, dari Ustadz terkenal hingga budayawan.
Malam itu mengambil tema “Trending Topik Program Baru DKI: Dagang Karena Ilahi”.
Forum yang diisi oleh Ustadz Awaludin Pimay ini tak lain menjelaskan tentang cara-cara Rasulullah SAW berdagang. Sifat jujur dan kebijaksanaannya, kecerdasannya dalam berniaga, dan berbagai cerita para sahabat dalam berdagang diuraikan secara menarik. Soal halal, haram, dan riba pun tidak luput dari bahasan ini.
dok. pribadi/ suasana santrendelik yang bentuk bangunannya mirip pendopo |
“Bedakan antara haq dan batil, dalam berdagang hendaknya harus apa adanya, apabila baik katakan baik apabila buruk maka katakan buruk, jangan sampai orang yang membeli barang jadi menyesal dan dirugikan kemudian hari akibat perilaku tidak jujur pedagang,” jelasnya.
Makin malam acara makin menarik dengan selingan hiburan puisi dan musik. Peserta pun makin bertambah banyak.
“Ketika kita menentukan profesi sebagai pedagang, niatnya harus lurus, karena di dalam Al Quran sesungguhnya jual beli itu hampir mirip dengan riba dalam artian bisa mendekati riba. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Jadi perlu diketahui, berdagang atau berniaga dan riba itu bedanya hanya setipis kulit bawang,” tegasnya.
dok. pribadi/ suasana santrendelik |
Nongkrong Tobat bertema Dagang Karena Ilahi (DKI) ini membekali santrendeliker meluruskan niat apabila ingin menggeluti bidang perniagaan, tentunya harus sesuai syariat agama, dan menjauhi jual beli haram.
Ada lima mahasiswa yang bertanya dalam forum tersebut, mereka adalah Annisa, Aditya, Ryan, Lestari, dan Khofifah. Masing-masing memiliki pertanyaan yang variatif dan semuanya dijawab oleh Ustadz Awaludin secara menggelitik.
Selama mengikuti kajian diskusi ini santrendeliker bebas bertanya, bercerita dengan ekspresi dan sesekali mengundang tawa. Khas santrendelik telah membaur kepada kaum muda.
Di akhir kajian, ditutup dengan doa majelis ilmu. Satu per satu peserta meninggalkan acara dan kembali pulang.
“Kunci sukses itu diibaratkan ketika di suatu kampung semua penduduknya bekerja memancing ikan, Anda jangan memancing tapi jadilah penjual cacing, cacing adalah umpan ikan, jadi harus disurvei dulu lokasinya sesuai kebutuhan masyarakat, harus membuat terobosan tampil beda, ini adalah tips berniaga,” pungkas Ustadz Awaludin sambil menutup ceramahnya.