Mengkritik Melalui Karya Seni
Feature Uncategorized

Mengkritik Melalui Karya Seni

BP2M/Debrina, tiga mahasiswa melihat salah satu lukisan yang ada di guyub rupa (27/10).

Semarang, Linikampus.com – Jumat malam (27/10), pembukaan pameran karya seni Guyub Rupa digelar. Sekitar pukul delapan malam, kawasan Universitas Negeri Semarang diguyur hujan. Hal tersebut tidak mengurangi keramaian pengunjung untuk mendatangi pameran Guyub Rupa. Patung besar menyerupai robot yang terbuat dari potongan kardus dan seng menyambut pengunjung pameran di pelataran auditorium UNNES. Guyub Rupa yang ke 7 ini bertema Humandroid.

“Humandroid adalah suatu keadaan dimana manusia diberdaya oleh suatu sistem. Sistem yang dimaksud merupakan aturan-aturan yang membuat manusia dibatasi. Kita sebagai manusia seakan-akan hidup seperti budak dari dogma, doktrin, kepercayaan, lembaga, institusi, politik, atau kepentingan lain dari masyarakat tertentu,” ujar ketua panitia, Imam Satrio.

Imam Satrio memaparkan, konsep Guyub Rupa yang ke 7 ini adalah mengambil pijakan tentang suatu keadaan yang berkaitan dengan kritik sosial yang ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Dari tema tersebut, ia berharap kegiatan tersebut dapat menginspirasi individu yang terlibat dalam pameran ini untuk merespon dan mengkritisi suatu keadaan tersebut yang diwujudkan dalam bentuk karya seni rupa dua dimensi maupun tiga dimensi.

Karya-karya yang ada dalam galeri Guyub Rupa tersebut merupakan karya-karya pilihan. Guyub Rupa menggandeng seniman asal Semarang, Kokoh Nugroho untuk standarisasi karya serta konsep pameran. Empat puluh lima karya yang terpajang di galeri Guyub Rupa datang dari berbagai universitas, diantaranya Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), universitas di Solo, Surabaya dan lain sebagainya.

Mahasiswa UNNES jurusan Seni Rupa angkatan 2015 sebagai panitia, mengonsep acara dengan latar belakang keresahannya terhadap keadaan sosial saat ini. Dengan Guyub Rupa inilah diharapkan dapat memperbaiki sistem tata sosial di masyarakat tersebut.

“Sebenarnya banyak kejadian-kejadian yang berkorelasi dengan Humandroid. Humandroid disini hanya sebagai gambaran awal bahwa karya-karya sebenarnya menyinggung sesuatu yang akan menimbulkan simbol-simbol, kata-kata, visual, dan makna tertentu,” jawab Imam setelah dimintai keterangan ihwal konsep Guyub Rupa.    

Menurut Imam, ekosistem seni di Semarang masih dianggap redup dibandingkan kota-kota besar lainnya seperti Solo, Malang, dan Yogyakarta. Hal ini menimbulkan semangat mahasiswa Seni Rupa UNNES untuk mempelopori pameran karya seni rupa di Semarang. Fenomena tersebut didukung bahwa UNNES adalah satu-satunya Perguruan Tinggi yang memiliki jurusan Seni Rupa di Semarang.

Acara Guyub Rupa dibuka dengan jabat tangan dengan Walikota Semarang. Manusia yang dirias sedemikian rupa mirip robot berwarna coklat muda menjdai maskot Guyub Rupa yang ke 7.  Ketika pintu auditorium UNNES dibuka, pengunjung langsung berhimpit-himpitan untuk masuk ke dalam audit. Dari kanan sampai kiri, sebanyak empat puluh lima karya seni rupa berjajar rapi mengelilingi auditorium UNNES yang disulap menjadi sebuah galeri karya seni rupa. [Lala, Khansa]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *