Hukum Adat Berdasarkan Agama
Buku

Hukum Adat Berdasarkan Agama

Buku tampak depan/[Doc.Laeli]

Judul Buku : The Scarlet letter
Penulis        : Nathaniel Hawthorne
Penerjemah : Olenka Munif
Penerbit      : Narasi
Cetak          : 2007
Tebal          : 308 halaman

Nathaniel Hawthorne menyajikan cerita pada abad ke-20 dalam novel The Scarlet Letter. Novel ini berfokus pada masyarakat Puritan, masyarakat yang  di mana mereka membentuk sebuah pemerintahan berdasarkan Alkitab dan menerapkannya dengan paksaan. Mayoritas masyarakat Puritan mempunyai sifat religius dan menganut tokoh agama atau pendeta. Struktur masyarakat Puritan sendiri bersifat hipokrit.

Dalam novel ini, penulis menggambarkan bahwa dasar kerangka kerja sosial mereka adalah gereja. Tokoh agama akan terlibat langsung dalam menjalankan masyarakat dan semua peraturan yang telah ditetapkan. Masyarakat Puritan menganggap bahwa Alkitab sebagai “hukum sejati” dari tuhan yang menjadi pedoman bagi pemerintah. Bagi siapapun yang merusak kultur dan melakukan kejahatan akan mendapatkan hukuman yang berat. Budaya Puritan sendiri adalah agama yang mengakui Protestantisme, yaitu sebuah sekte Kekristenan.

Sebagai masyarakat Puritan, mereka menganggap bahwa perzinaan adalah suatu dosa yang besar dan patut diberi hukuman berat. Hukuman untuk kasus perzinaan tergolong berat. Pelaku dapat dihukum sangsi sosial dengan dipermalukan di depan umum. Lalu dihukum penjara, atau diberi simbol A di dadanya sebagai tanda perzinaan. Lebih berat lagi adalah  hukum gantung.

Disisi lain, penulis tidak menceritakan hubungan antara Hester dan Dimmesdale secara runtut. Cerita dimulai dengan dihukumnya Hester karena berzina, tanpa mengetahui asal-usul bertemunya Hester dan Dimmesdale hingga pada akhirnya mereka jatuh cinta dan melakukan adultery.

Alur cerita Scarlet Letter tak melulu berfokus pada si tokoh utama. Dalam satu buku, setiap cerita memiliki sub judul namun tetap berkorelasi dengan cerita sebelumnya. Novel ini pun telah diadaptasi menjadi sebuah film. Namun, di dalam film, cerita yang disuguhkan berbeda dengan yang ada di buku.

Dalam filmnya, narator menceritakan kisah Hester dan Dimmesdale secara runtut. Dari mulai perkenalan hingga mereka jatuh cinta kemudian dihukum. Akhir cerita di film pun sangat jauh berbeda dengan yang ada di buku. Jika akhir cerita di dalam buku sang pendeta atau Dimmesdale meninggal dunia, lain hal nya dengan versi dalam film, Hester dan Dimmesdale dikisahkan hidup bersama dengan bahagia.

Hukum Adat Aceh
Jika kita ingin melihat sekelompok masyarakat yang mempunyai peraturan  mirip dengan masyarakat Puritan, Aceh dapat menjadi salah satu kota di Indonesia yang masih mempertahankan hukum agama (Islam). Di Aceh, siapapun yang ketahuan berzina akan dihukum sesuai syariat islam yaitu dihukum cambuk sebanyak seratus kali. Hukum ini bukanlah buatan masyarakat aceh sendiri, namun hukum ini bersal dari Tuhan dalam Al-Quran. Tak hanya itu, di daerah Aceh Barat terdapat peraturan yang melarang perempuan memakai celana ketat atau celana Jeans. Sesuai dengan syariat Islam, bahwa seorang perempuan harus menutup aurat dan tidak boleh memperlihatkan bentuk badannya.


Adultery Dianggap Hal Biasa
Lain dulu, lain sekarang. Kehidupan yang sudah serba modern telah membuat moral generasi muda menjadi lemah. Agama menjadi formalitas dan peraturan menjadi suatu hal untuk dilanggar. Jika kita bandingkan kehidupan masyarakat Puritan dengan masyarakat modern sekarang ini, tentu ada banyak hal yang membedakannya. Terutama pada hal yang menyangkut etika ataupun moral masyarakat.

Mengenai perzinahan, pada abad ke-20 di Boston masyarakat Puritan sangat menentang hal itu, mereka menganggap bahwa zina adalah kejahatan dan harus dihukum berat. Jika kita melihatnya pada zaman sekarang, seolah perzinahan sudah menjadi hal yang biasa, bahkan menjadi salah satu pekerjaan bagi beberapa orang.

Era modern ini, perzinahan tak hanya menyangkut orang-orang yang telah berkeluarga. Bahkan sebaliknya, perzinahan telah menjamah generasi muda dan dikenal sebagai pergaulan bebas. Globalisasi tak hanya membebaskan teknologi atau informasi tersebar, hal ini juga memberikan kebebasan bagi pergaulan remaja saat ini. Walaupun terdapat pasal yang mengatur mengenai tindakan asusila, hingga sekarang tak sedikit orang-orang yang melakukan perzinaan tidak mendapat hukuman.

Dari buku The Scalet Letter, kita dapat belajar pada masyarakat Puritan yang sangat memegang teguh hukum yang telah mereka buat, menjaga moral masyarakat dengan membuat peraturan berdasarkan kitab suci, dan menjadi pengaruh besar untuk kehidupan Hester yang berubah menjadi lebih baik.

Laeli Nur Azizah
*Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris 2015

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *