Suasana diskusi terkait persepakbolaan indonesia saat ini oleh BEM FIK [Doc.Anisya] |
Semarang, linikampus.com– Ada yang berbeda di gedung Fakultas ilmu Keolahragaan (FIK) Kamis malam lalu (22/3). Diskusi terkait sepak bola Indonesia menarik banyak perhatian dari peserta diskusi.
Acara yang seharusnya dimulai pukul tujuh malam tersebut harus mengalami perubahan tempat dikarenakan hujan yang sempat mengguyur kawasan Universitas Negeri Semarang (Unnes) di malam hari saat acara akan dimulai.
Namun, cuaca yang tak bersahabat tidak serta merta menjadikan kendala yang yang berarti. Maka dari itu, panitia memutuskan untuk pindah dari selasar gedung dekanat FIK menjadi di gedung F2 ruang 114.
Tim linikampus.com tiba sekitar pukul delapan segera merapatkan diri di lingkaran diskusi. Suasana berubah senyap. Kami melihat para peserta diskusi serius mendengarkan penjelasan dari pemantik di depan.
Saat itu M. Irvan selaku pembicara memaparkan berbagai pandangan dan keresahannya terkait persepakbolaan di Indonesia. Sesuai tema diskusi saat itu tentang sepak bola di Indonesia, bersama kedua pembicara lainnya, Ipang Setiawan, dosen Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) FIK dan Anang Marsinggih.
Irvan menilai dewasa ini persepakbolaan Indonesia menjadi tidak sehat lagi. Bidang keolahragaan sering kali dicampuri urusan politik dan Industri. Itu sangat disayangkan karena menjadikan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indnesia (PSSI) seolah lupa akan skala prioritasnya.
Hasil wawancara Irfan dengan Burhan, mahasiswa Ilmu Keolahragaan yang turut menanggapi isu di bidang olahraga ini. Menurutnya acara ini terwujud dari diskusi internal Badan Eksekutif MMahasiswa (BEM) FIK untuk menanggapi perihal kemunduran bidang olahraga, terutama sepak bola.
Baca Juga: http://www.linikampus.com/2015/11/disabilitas-berprestasi-unnes.html
Kemuduran ini bukan berasal dari prestasi melainkan dari pembinaannya. Secara kompetisi sendiri dunia persepakbolaan di Indonesia sudah cukup baik. Namun ia menyayangkan adanya kepentingan lain yang ikut mencampuri.
“ Jika olahraga digerakkan oleh politik, itu akan bergerak menurut kepentingan politik, bukan olahraganya.” Ujar Burhan dengan mimik serius saat kami wawancarai di selasar gedung FIK.
Dia menuturkan memang ada oknum-oknum yang diuntungkan, namun tidak untuk perkembangan sepakbola itu sendiri. Olahraga harus didasarkan pada sport for all, sport for fun, dan sport for life. Tandasnya terkait adanya sport for politics dalam tubuh PSSI.
Menurutnya, olahraga yang sehat itu sesuai sistemnya. Bahkan dalam praktiknya olahraga itu sebenarnya sudah sehat jika dilakukan dengan cara yang benar, yakni dimulai dengan pemanasan dan dan cooling down saat selesai.
Begitu pula seharusnya pada konteks pembinaan dan organisasinya dimana mereka perlu memperbaiki dan mengikuti dengan benar sistemnya. Karena pada dasarnya sepak bola dan politik adalah kepentingan yang berdeda.
Irvan sangat mengapresiasi kedatangan para peserta. Hal ini menunjukkan masih adanya ketertarikan pada isu sepak bola yang mulai luput dari perhatian publik.
Burhan mengatakan, tidak hanya berbicang langsung dengan coach-coach yang menjadi pembicara, namun acara ini juga diharapkan dapat memberikan pandangan-pandangan lain terhadap peserta diskusi tentang dunia sepakbola Indonesia.
[Anisya, Fitriyatun]