Dua kelompok mahasiswa yang melakukan aksi di sebelah audit Unnes, kamis (29/3). [Doc.BP2M/Dese dan Humam] |
Semarang, linikampus.com– Kamis (29/3) prosesi upacara Dies Natalis Unnes ke-53 diwarnai dengan dua aksi yang dilakukan mahasiswa. Kedua aksi ini merupakan bentuk aspirasi mahasiswa untuk menyambut datangnya ketua MPR RI, Zulkifli Hasan.
Salah satu kelompok dalam naungan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) merupakan perwakilan mahasiswa yang memiliki legitimasi kampus Unnes. Dengan mengenakan almamater Unnes, 100 mahasiswa menyuarakan hasil kajiannya di depan Pusat Kegiatan Mahasiswa Unnes (PKMU).
Sementara, kelompok mahasiswa lainnya mengatasnamakan diri sebagai Aliansi Indonesia Bersuara (AIB). AIB sendiri merupakan gabungan dari beberapa organisasi mahasiswa baik dari dalam maupun luar Unnes. Diantaranya : KAMMI, YMMI, IPNU-IPPNU, BEM FIP Unnes, BEM FIK Unnes, BEM FT Unnes, BEM UNDIP, Universitas Wahid Hasyim, Mahasiswa Bergerak, Rumah Perjuangan Unnes, dan DPM KM.
Dengan berbaju serba hitam, AIB juga melakukan aksi di depan parkiran PKMU. Bersebelahan dengan aksi BEM KM Unnes.
Bintang Indra anggota BEM KM Unnes menyatakan, adanya dua kelompok aksi yang terpisah terjadi karena penangkapan sudut pandang yang berbeda saat konsolidasi. Konsolidasi ini dilakukan Rabu malam 28 Maret 2018, satu hari sebelum aksi dilakukan.
Baca Juga: Mahasiswa Beri Kenang-Kenangan Untuk Ketua MPR RI
Itu sebabnya BEM KM memilih untuk melakukan aksi dengan cara mereka sendiri, begitu pula dengan Aliansi Indonesia Bersuara (AIB).
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini menganggap cara penyampaian tuntutan yang dilakukan harus bertahap. Sebelum melakukan aksi sebaiknya melakukan audiensi. “Hal-hal yang akan kita sampaikan dengan cara akademis. Kita berpikir rasional dengan apa yang ada dibidang kita, kita sampaikan”. Ujar Bintang Indra, Menteri Koordinator Sosial dan Politik BEM KM Unnes.
Dalam aksi BEM KM kali ini, mereka mengkaji empat pokok permasalahan. Pertama, masalah pendidikan mengenai UKT dan SPI. Kedua, solusi tentang Program Pendidikan Guru (PPG). Ketiga, Reformasi dan selanjutnya mengenai Undang-Undang MPR, DPR, DPRD, DPD (UU MD3).
Bersebrangan dari itu, Iqbal Alma koordinator lapangan Aliansi Indonesia Bersuara (AIB) mengatakan bahwa isu yang diangkat BEM KM tidak masuk akal dan tidak jelas. Begitu pula teknik penyampaian BEM KM yang menurutnya tidak logis dan cara penyampaian BEM KM melakukan audiensi dengan Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan dirasa tidak mungkin.
Koordinator lapangan lain, Dheani Fauziah menambahkan bahwa kajian yang dituntutkan BEM KM kurang mendalam. Dari empat kajian yang dituntut, dua kajian belum tersampaikan dan sisanya belum tersampaikan secara utuh kepada mahasiswa.
“Waktu awal sebenarnya kajian kita sama, tetapi dari empat kajian yang disampaikan dua kajian belum disampaikan dan dua kajian lain belum tersampaikan secara utuh, sehingga masih mengambang dan mengalur”. Ungkap Dheani saat aksi berlangsung.
Baca juga: Perwakilan BEM Unnes Beri Kajian UU MD3 ke Ketua MPR RI
Berbeda dengan BEM KM, AIB juga mengkaji sebelas permasalahan yang mereka tuntut. Diantaranya, mahalnya biaya pendidikan, kesenjangan ekonomi yang semakin besar, pembangunan yang tidak memihak rakyat, dan kriminalisasi terhadap pejuang lingkungan dan keadilan.
Siti Kholipah Wakil Presiden BEM KM Unnes menyatakan bahwa kedua kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu menyuarakan keresahan masyarakat. Namun, dalam pelaksanaannya ada sedikit perbedaan tentang aspirasi yang akan diangkat.
Selain itu juga cara yang akan digunakan untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi tersebut juga berbeda. “Karena tidak ditemukan titik kesepakatan bersama, pada akhirnya kita memutuskan berjalan sendiri-sendiri. Tapi yang harus ditekankan disini, kita sebenarnya saling melengkapi. Tujuan kita sama, yaitu untuk kebaikan bangsa Indonesia”. Ujar Wakil Presma Unnes tersebut. [Afsana, Nur]