Tommi Yuniawan (kiri), Nani Ernawati (tenggah), dan Meina Febriani (Kanan) memberikan sertifikat kepada mahasiswa peserta seminar. [Doc. Emka] |
Linikampus.com-Sejak 12 Maret 2010, Universitas Negeri Semarang (Unnes) mempunyai visi untuk menjadi kampus berwawasan konservasi. Hal itu kemudian membawa perubahan pada seluruh civitas academica Unnes untuk turut memahami wawasan tersebut, sehingga dapat mengamalkan konservasi itu sendiri melalui nilai, budaya dan lingkungan.
Dalam upaya memahami kembali konsep konservasi tersebut, Jumat (14/9) di Gedung B1-306 Fakultas Bahasa dan Seni Unnes, 30 mahasiswa Unnes mengikuti acara sosialisasi ekoleksikon konservasi. Acara tersebut dipandu dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, Tommi Yuniawan dan Meina Febriani.
Di awal sosialisasi, para mahasiswa terlebih dahulu membaca teks-teks konservasi yang sudah dibawa secara intensif. Setelah membaca, mahasiswa akan menyeleksi leksikon-leksikon yang ada dalam teks, sesuai tiga pilar konservasi yaitu nilai atau karakter, seni budaya dan sumber daya alam atau lingkungan. Tingkat ekoliterasi mahasiswa akan ditentukan dari banyak tidaknya leksikon konsevasi yang ditemukan dalam teks.
Sosialisasi ini menjadi salah satu upaya untuk memahamkan konsep konservasi bagi civitas academica Unnes, khususnya dari bidang kebahasaan dalam bentuk leksikon-leksikon konservasi. “Bagaimana bisa memahami dan mengamalkan wawasan konservasi kalau tidak memahami makna apa itu kampus hijau, sabuk hijau, kampung budaya,” tutur Tommi, dosen ekolinguistik Unnes.
Tommi berharap, konsep ekoliterasi dapat menjadi wadah bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk menciptakan tempat-tempat pengkaji lingkungan dan konservasi, sehingga dapat memunculkan kajian-kajian mendalam ihwal ekolinguistik. Dalam hal ini khususnya mendukung isu-isu lingkungan yang akhir-akhir ini terjadi.
Acara sosialisasi ini ditanggapi baik oleh salah satu mahasiswa yang menjadi peserta. “Acara ini menarik. Kita bisa tahu bagaimana konteks konservasi secara meluas dan mendalam, bahwa wawasan konservasi bisa melalui wawasan ekoliterasi dalam konteks ekolinguistik,” ujar Iqbal Nur Habibullah, mahasiswa prodi Sastra Indonesia, Unnes.