Pemilihan Umum Raya (Pemira)—agenda tahunan yang ada di Unnes—akan dilaksanakan kembali. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (DPM KM) Unnes.
Melalui pesan suara WhatsApp (29/10), Muhammad Faqihudin—Ketua DPM KM Unnes, menerangkan bahwa DPM selaku pemegang regulasi telah mempersiapkan banyak hal, seperti berkoordinasi dengan birokrasi dan penanggung jawab Pemira fakultas.
“Kita udah beberapa kali rapat koordinasi dengan pihak birokrasi maupun penanggung jawab Pemira,” ujar Faqih.
Ia menyebutkan bahwa dalam waktu dekat ini, DPM KM akan membentuk dan merilis Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemira (BANWASRA), dan Dewan Kehormatan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Raya (DKPPR). Selain itu, DPM KM juga akan mempersiapkan pendaftaran calon, pengumpulan berkas, deklarasi kampanye damai, serta debat dialogis capresma-cawapresma.
Timeline Pemira dan Persiapan di Fakultas
Terkait timeline Pemira 2020, saat ini Faqih belum bisa memberitahukan secara pasti. Ia mengungkapkan bahwa masih perlu adanya pertimbangan dari KPU dan menunggu pembentukan KPU selesai.
“Timeline itu hak dan wewenang dari KPU untuk menyampaikan kepada teman-teman mahasiswa,” tutur Faqih.
Namun, Ketua DPM FBS— Muhammad Naufal Afham (29/10), mengatakan bahwa Pemira kemungkinan akan diadakan pada bulan Desember di minggu kedua. Sementara itu, Wakil Ketua DPM FMIPA—Maulana Helmy Pengestu, mengungkapkan jika hari H pelaksanaan Pemira masih belum pasti dan masih menunggu informasi dari pusat.
Perihal persiapan Pemira di fakultas, DPM FMIPA telah mengesahkan payung hukum dan juga menetapkan persyaratan untuk pencalonan gubernur dan wakil gubernurnya pada Rabu lalu (28/10).
Sedangkan untuk persiapan Pemira di FBS, Naufal menerangkan bahwa persiapan di fakultasnya sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Pada tahap persiapan ini, pihak DPM Fakultas maupun DPM KM telah beberapa kali melakukan rapat koordinasi dengan pihak IT Unnes terkait mekanisme pelaksanaan Pemira.
Mekanisme Pelaksanaan Pemira Masa Pandemi
Berdasarkan keterangan Faqih, dalam pelaksanaan Pemira daring tahun 2020 ini, mahasiswa dapat menggunakan hak pilihnya melalui sistem yang telah disediakan oleh BPTIK, seperti yang sudah dilakukan pada dua tahun terakhir. Namun, sistem kali ini dirancang agar dapat diakses oleh mahasiswa melalui gawai masing-masing—menyesuaikan kondisi di masa pandemi.
“Sistemnya itu sama, bukan dalam bentuk aplikasi, tapi web seperti tahun-tahun sebelumnya dari dua tahun lalu. BPTIK mengatakan bahwa sebenarnya BPTIK sudah siap kapanpun jika mau melaksanakan Pemira, tapi tinggal beberapa sistem yang harus menyesuaikan mekanisme proses Pemira ataupun nge-klik di mana saja,” jelas Faqih melalui WhatsApp.
Sebelum hari H pemilihan, akan diadakan debat dialogis paslon capresma-cawapresma. Rencananya, debat tersebut akan disiarkan melalui live streaming. Hal itu dilakukan mengingat sebagian besar mahasiswa masih melakukan kuliah daring di rumah masing-masing.
Kendala Pemira dan Rencana Antisipasinya
Pelaksaaan Pemira secara daring tanpa adanya tempat pemungutan suara (TPS) seperti tahun-tahun sebelumnya tak lepas dari sejumlah kendala. Menurut Helmy, beberapa kendala yang mungkin dijumpai dalam Pemira tahun ini, seperti kurang terukurnya kredibilitas dan kapasitas dari masing-masing calon, dan kemungkinan rendahnya tingkat partisipasi pemilih.
Menambahkan pernyataan dari Helmy, menurut Naufal, kendala server juga menjadi salah satu hal yang sangat mungkin terjadi. Pasalnya, permasalahan ini kerap terjadi dari tahun ke tahun.
“Masalah terbesarnya adalah server yang down. Kita tahu, di Unnes KRS-an saja servernya sering down. Maka dari itu, kita sering koordinasi dengan tim IT karena perihal server itu kuasa IT,” ujar Naufal.
Menanggapi beberapa kendala Pemira, pihak DPM KM selaku lembaga legislatif telah mencari tahu berbagai solusi. DPM KM mengklaim telah melakukan langkah konkrit untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
“Kalo terkait langkah-langkah konkrit, kita udah punya timeline. Apa yang memang perlu kita jalankan, laksanakan, dan ikhtiarkan buat mempersiapkan Pemira tahun ini. Bagaimana (supaya) bisa dipahami seluruh mahasiswa, apalagi buat maba (mahasiswa baru),” ujar Faqih.
Pihak DPM KM juga telah berdiskusi dengan beberapa kampus yang melaksanakan Pemira secara daring. Mereka membahas terkait mekanisme, pelaksanaan, dan persiapannya.
“Dari situ, kita mendapat solusi dan jawaban yang mana kita bisa memilih, mana yang cocok untuk diterapkan di kampus kita, yang perlu kita inovasikan dalam pelaksanaan Pemira ini di kampus ini,” imbuh Faqih.
Faqih optimis bahwa tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira tahun ini akan meningkat. Prediksi ini muncul setelah pihaknya menilik dari kampus-kampus lain—yang sudah melaksanakan Pemira secara daring. Dari pengamatan tersebut, diketahui bahwa hasil Pemira tahun ini lebih tinggi dari sebelumnya
Untuk meningkatkan partisipasi pemilih, sebelum pelaksanaan Pemira 2020, akan dilaksanakan simulasi, seperti sosialisasi cara mengeklik saat pemilihan berlangsung. Mereka akan mengusahakan sosialisasi sedetail mungkin agar seluruh kalangan mahasiswa dapat memahaminya—terutama mahasiswa baru. Sosialisasi tersebut nantinya akan dilakukan secara daring, seperti melalui video.
“Saya sudah sampaikan ke teman-teman PJ (Penanggung Jawab) Pemira, khususnya di legislatif sendiri. Bagaimana melaksanakan sosialisasi sedetail dan sesimpel mungkin dan bisa dipahami oleh mahasiswa sehingga mahasiswa itu tidak tanya-tanya lagi,” jelasnya.
Tanggapan Mahasiswa Terkait Pemira 2020
Aji Budi Asmoro—Ketua Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, mengatakan bahwa dengan sistem “dapat memilih darimana saja”, partisipasi mahasiswa bisa meningkat dari tahun sebelumnya.
“Kalau jumlah pemilih malah bisa banyak, sih. Soalnya kan bisa dilakukan dimana saja tinggal buka gawai dan memilih. Tapi juga kinerja panitia yang harus benar-benar serius terutama saat sosialisasi,” tulisnya dalam pesan WhatsApp (2/11).
Aji juga mengatakan bahwa himpunan mahasiswa memiliki peran penting untuk menyatukan warga jurusan agar mengikuti pemilihan.
Hal berbeda justru disampaikan oleh Arif Afruloh—mahasiswa FH. Ia memprediksi jika partisipasi publik akan menurun saat Pemira daring nanti.
“Di situasi pandemi ini, saya rasa partisipasi publik menurun, kecuali jika sistem dibuat sesederhana mungkin agar secara sistem dan pelaksanaan bisa optimal,” jelasnya.
Arif berharap, siapapun nanti yang terpilih bisa menjadi pemimpin yang kompeten, mampu mengemban amanah, dan harus mampu menanggalkan kepentingan dirinya demi kepentingan publik.
Sementara itu, Muhammad Fauzi—mahasiswa FH Unnes, berharap Pemira tahun ini bisa menjadi ajang latihan berdemokrasi, terutama bagi para mahasiswa baru—yang baru pertama kali berpartisipasi dalam Pemira. Ia juga berharap panitia dapat melaksanakan Pemira ini dengan objektif, jujur dan adil—tidak memihak salah satu paslon.
Reporter: Hafid, Annisa, Rizka, Alya
Penulis: Khotikah
Penyunting: Laili A. R.