Ramaikan Bulan Bahasa dan Seni, ESA Unnes Gelar Event Cosplay
Berita Kabar Kilas

Ramaikan Bulan Bahasa dan Seni, ESA Unnes Gelar Event Cosplay

Foto bersama para peserta Kontes Cosplay setelah pengumuman juara [Novyana/BP2M]

Sabtu (18/11), English Student Association (ESA) Universitas Negeri Semarang (Unnes) atau Himpunan Mahasiswa (Hima) Bahasa dan Sastra Inggris menyelenggarakan acara Esaphoria di Gedung B6 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes. Turut memeriahkan Bulan Bahasa dan Seni (BBS) FBS, Esaphoria 2023 diadakan sebelum malam puncak BBS yang akan diadakan pekan depan, pada Sabtu (25/11). 

Raka Nadhif selaku ketua Hima Bahasa dan Sastra Inggris mengungkapkan jika waktu pelaksanaan Esaphoria dan BBS tidak selalu bersamaan tiap tahunnya. Kendati demikian, Raka mengaku bahwa panitia sepakat untuk menyelenggarakan Esaphoria 2023 sebagai bentuk apresiasi dan cara mereka untuk ikut memeriahkan BBS.  “Dari awal sudah direncanakan, Esaphoria 2023 ini adalah bentuk apresiasi dan cara kami untuk memeriahkan BBS,” ungkap Raka. 

Secara konsep, Rini Nur Isnaeni selaku ketua panitia mengatakan ada sedikit perbedaan dari tahun sebelumnya. Rini menyampaikan bahwa panitia tak lagi menggunakan konsep lomba nonakademik formal seperti pidato, menyanyi, puisi, dan mendongeng dalam penyelenggaraannya. Namun, Esaphoria tahun ini lebih berfokus pada minat dan bakat peserta di bidang cosplay

“Esaphoria yang dulu lebih berfokus kepada kegiatan nonakademik, tetapi tahun ini kita rombak menjadi event cosplay. Tujuannya untuk senang-senang aja sih sebenarnya,” tutur Rini. 

Raka menambahkan, peserta cosplay Esaphoria 2023 terbatas hanya untuk mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di seluruh angkatan. Akan tetapi, pengunjung acara terbuka untuk seluruh mahasiswa FBS. “Peserta cosplay difokuskan kepada mahasiswa dari Departemen Bahasa Inggris saja. Untuk pengunjungnya seluruh mahasiswa FBS,” ujar Raka.

Terdapat tiga kategori utama dalam event cosplay ini, yakni impersonate terbaik, kostum terbaik dan people’s favorite. Untuk kriteria impersonate terbaik dan kostum terbaik ditentukan oleh penilaian para juri. Sedangkan, untuk kriteria people’s favorite ditentukan melalui voting di akun Instagram @esa_unnes pada fitur Snapgram.

Ibrohim Daarut Tauhid, yang bertindak sebagai juri dalam event cosplay ini, mengungkapkan kriteria penilaian untuk setiap kategori. Dalam kategori kostum terbaik, aspek yang dinilai melibatkan make-up, kesungguhan dan kelengkapan kostum. Sedangkan, untuk kategori impersonate, penilaian berfokus pada bagaimana peserta mampu menguasai panggung, menirukan cara bicara dan mempersembahkan adegan dari karakter yang diimpersonasikan.

“Untuk penilaiannya sendiri, kategori kostum terbaik dinilai dari make-up, kesungguhan, dan kelengkapan kostum. Sedangkan, kategori impersonate dinilai dari pembawaannya di panggung dan menirukan cara bicara dan adegan dari karakter tersebut,” ungkap Ibrohim. 

Menurut Muhammad Farouk Arridwan, sebagai pengunjung acara serta mahasiswa Sastra Inggris 2021 menyoroti kekurangan acara ini khususnya dari aspek promosi. Menurutnya, promosi yang dilakukan cukup singkat sehingga informasi kurang menyebar secara luas. 

“Saya melihat promosi hanya berlangsung selama sekitar dua atau tiga minggu, jadi informasi yang sampai ke teman-teman yang lain terbatas. Selain itu, pembatasan  hanya untuk mahasiswa FBS juga berpengaruh terhadap banyaknya pengunjung,” tambahnya. 

Rini mengonfirmasi bahwa jumlah peserta yang berpartisipasi dalam acara cosplay tidak memenuhi target, yaitu hanya sebanyak sepuluh peserta. Sementara itu, panitia acara sebenarnya menargetkan partisipasi lima puluh peserta dalam kegiatan ini. 

“Semoga tahun depan acaranya bisa diadakan lebih baik. Karena tahun ini kan pesertanya tidak memenuhi target, aku harap kedepannya lebih persiapan banget,” harap Rini. 

 

Reporter:  Yoshinta Nur Prihatina, Ananda Fathiyyah Utami, dan Novyana

Editor: Laily Mukaromah