Orang-orangan Warna-warni: Bollard Stickman sebagai Fasilitas Penunjang Keselamatan Pejalan Kaki
Foto Esai Jepret

Orang-orangan Warna-warni: Bollard Stickman sebagai Fasilitas Penunjang Keselamatan Pejalan Kaki

"Potret keluarga yang tercipta dari bollard stickman di Taman Tugu Konservasi Universitas Negeri Semarang (Unnes)." Kamis (28/12/23). [BP2M/Ananda]

Pada Kamis (26/10/23), sejumlah pekerja terlihat sibuk membuat ‘orang-orangan’ berwarna-warni yang tersebar di beberapa titik di lingkungan Universitas Negeri Semarang (Unnes). Formasi objek ini dirancang sedemikian rupa sehingga menyerupai potret keluarga. Proses pembuatan objek tersebut memicu pertanyaan dari mahasiswa mengenai tujuan, identitas, dan konsep desain yang diusung.

Kepala Biro Umum, Hukum, dan Kepegawaian Unnes, Widi Widayat, menjelaskan bahwa apa yang terlihat sebagai ‘orang-orangan’ sebenarnya adalah bollard. Menurut Widi, pembuatan bollard tersebut bertujuan untuk meningkatkan keamanan bagi para pejalan kaki di lingkungan kampus.

“Dalam mempertimbangkan keamanan para pejalan kaki, khususnya civitas akademika, kita sering mendapati kekhawatiran terhadap kehadiran kendaraan di area pejalan kaki. Oleh karena itu, kita memutuskan untuk menyediakan fasilitas ini agar mereka dapat berjalan dengan rasa nyaman dan aman,” ujar Widi saat diwawancarai pada Kamis (28/12).

Selain itu, Widi juga menyampaikan bahwa desain stickman dipilih dengan tujuan agar mahasiswa, termasuk yang menggunakan kursi roda karena disabilitas, dapat melintas di antara bollard tersebut. Ia menjelaskan bahwa jarak sekitar 50 cm antara bollard disengaja untuk memastikan aksesibilitas bagi semua orang, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Sepasang bollard di pedestrian Rumah Ilmu. Tidak hanya memberikan jarak yang cukup untuk akses pengguna kursi roda, tetapi juga dilengkapi dengan guiding block sebagai panduan untuk pejalan kaki penyandang disabilitas, terutama tunanetra. Minggu (24/12). [BP2M/Ananda]
“Pengaman bagi pejalan kaki dirancang dengan tujuan agar mereka dapat melintas dengan nyaman, bukan untuk digunakan oleh sepeda atau motor. Kami juga memperhatikan aksesibilitas bagi pengguna kursi roda,” ungkap Widi.

Widi menambahkan bahwa bollard awalnya berfungsi sebagai pengendali lalu lintas dan peningkat keamanan. Namun, seiring waktu, bollard mengalami evolusi menjadi elemen dekoratif yang memiliki beragam desain untuk memperindah suatu area. Di Unnes, bollard didesain dengan motif keluarga untuk memberikan fasilitas rekreasi.

Potret keluarga kecil yang tengah mengunjungi Unnes pada Kamis (28/12). [BP2M/Ananda]
Widi menekankan bahwa, “Desain bollard yang menggambarkan keluarga adalah representasi dari kebersamaan dan rekreasi di lingkungan kampus. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada pengunjung dari luar bahwa Unnes bukan hanya sebuah institusi pendidikan, tetapi juga merupakan area rekreasi yang mengundang.”

Bollard yang berderet di depan lapangan Gedung Auditorium Prof. Wuryanto Unnes. Kamis (28/12). [BP2M/Ananda]
Penggunaan bollard stickman di depan sederet motor bertujuan mencegah penyeberangan kendaraan ke kawasan pedestrian, memastikan keamanan bagi para pejalan kaki. Minggu (24/12). [BP2M/Ananda]
Seorang mahasiswa yang sedang berolahraga sore di kampus, memamerkan senyum manisnya di depan kamera reporter BP2M pada Minggu (24/12). [BP2M/Ananda]
Desain bollard-bollard di berbagai wilayah Unnes, terutama di bagian barat kampus, menonjol dengan bentuk stickman yang menggambarkan sebuah keluarga lengkap, terdiri dari figur ayah, ibu, dan dua anak. Keistimewaan dari desain ini memicu rasa ingin tahu di antara mahasiswa Unnes tentang motif di balik pemilihan potret keluarga tersebut.

Mahasiswa Manajemen 2021, Najma Shakira Anindita, menyayangkan pemilihan desain stickman yang dianggap kurang estetis. Menurutnya, lebih baik memilih desain yang mencerminkan identitas mahasiswa alih-alih ‘orang-orangan’ warna-warni yang terkesan seperti di Taman Kanak-Kanak (TK).

“Dari segi estetis, (desainnya) kurang. Kalau tujuannya sebagai penghalang motor, lebih bagus bollard yang berbentuk bola; lebih estetik. Atau yang lebih menggambarkan mahasiswa, kalo pakai orang-orangan, itu kayak di TK,” ujarnya.

 

Reporter: Ananda Fathiyyah Utami dan Ika Rizki Refima Putri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *