LINIKAMPUS Blog Kabar Kilas Vendor Merchandise PKKMB Unnes Buka Suara Terkait Persoalan Pengadaan Bucket Hat
Kabar Kilas

Vendor Merchandise PKKMB Unnes Buka Suara Terkait Persoalan Pengadaan Bucket Hat

Meja-meja sablon kaos di kantor Veerstalan tampak kosong [BP2M/Adinan]

Meja-meja sablon kaos di kantor Veerstalan tampak kosong [BP2M/Adinan]

Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi

Konveksi Veerstalan, vendor penggarap merchandise Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru Universitas Negeri Semarang (PKKMB Unnes) 2024 buka suara terkait persoalan pengadaan bucket hat. Habib Al-Pakningi, salah satu pegawai Konveksi Veerstalan mengaku pihaknya menemui kendala yang berakibat pada gagalnya target produksi. Kendala itu misalnya soal sulitnya mencari bahan baku dan keberadaan perusahaan mitra produksi yang tidak menyanggupi target produksi.

Saat proses produksi bucket hat PKKMB Unnes 2024 berlangsung, perusahaan konveksi yang beralamat di Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, itu menggandeng perusahaan konveksi yang berada di Semarang, Kendal, hingga Bandung. “Cuma di Bandung-nya kemarin miss. Mungkin karena deadline yang cepat, terus waktunya mepet, dan ketersediaan bahan di Bandung yang notabene pabriknya gede pun nggak tersedia,” kata Habib saat ditemui di kantor Konveksi Veerstalan, Minggu sore (18/8).

Bahan baku yang dimaksud Habib adalah kain dengan warna biru dongker yang menjadi warna bucket hat PKKMB Unnes 2024. Rencananya, akan ada 5.000 buah bucket hat yang akan diproduksi di Bandung, Jawa Barat. Namun, hingga tenggat produksi berakhir, perusahaan konveksi di Bandung itu hanya sanggup memproduksi 3.000 buah. Padahal. sesuai kesepakatan dengan Panitia PKKMB Unnes 2024, total bucket hat yang mesti diproduksi oleh Konveksi Veerstalan adalah 9.000 buah.

Melihat kendala yang sudah terpampang di depan mata, Konveksi Veerstalan yang semula diberi tenggat sampai 9 Agustus 2024 untuk memproduksi merchandise PKKMB Unnes 2024 pun meminta kelonggaran waktu sampai 13 Agustus 2024. Sayangnya, kendatipun kelonggaran waktu sudah diberikan, target produksi bucket hat tetap gagal terpenuhi.

“Tanggal 9 Agustus yang belum jadi itu sekitar 3.000 sampai 4.000. Saat itu kita juga menunggu kabar dari Bandung sambil mencari tenaga lain yang ada di Semarang dan  Demak,” kata Habib. “Akhirnya di H-2 sebelum tanggal 9 Agustus itu kita limpahkan ke teman-teman yang di Demak lagi. Jadi Demak udah produksi, kita tambahin lagi jumlahnya.”

Sehari setelah tenggat kelonggaran waktu lewat atau pada 14 Agustus 2024, Habib mengaku  Konveksi Veerstalan dengan para mitra produksinya masih mengerjakan 1.200 buah bucket hat yang prosesnya sudah pada tahap akhir atau finishing. Hari itu juga, Konveksi Veerstalan juga telah menambah kiriman 910 bucket hat ke panitia PKKMB Unnes, sebelum mendapat pesan permintaan pengembalian dana dari Panitia PKKMB Unnes sore harinya.

“Mungkin karena dari teman-teman panitia juga sudah merasa terlalu ngaret, sekitar pukul tiga sore mereka minta refund. Jadi di jam itu juga kita stop produksi,” tutur Habib.

Ketua PKKMB Unnes 2024, Julius Prasetyo, membenarkan jika pihaknya sempat memberikan kelonggaran batas waktu pengerjaan bucket hat menjadi tanggal 13 Agustus. Julius menambahkan, imbas dari tersendatnya produksi, Panitia PKKMB Unnes 2024 harus mengadakan pembagian bucket hat susulan. “Karena pihak vendor tidak menyanggupi sampai batas waktu tanggal 9 Agustus, kami bernegosiasi dengan memberi keringanan hingga 13 Agustus. Maka kami mengadakan pembagian bucket hat susulan,” kata Julius.

Hingga kemarin, Selasa (20/8) pukul 23.59 WIB, pihak Panitia PKKMB Unnes 2024 sedang menyelesaikan proses pengembalian dana kepada mahasiswa yang tidak mendapatkan pesanannya. “Kita menjanjikan sebelum tanggal 17 Agustus sudah selesai. Tapi karena masih banyak maba (mahasiswa baru) yang belum melakukan konfirmasi, panitia tetap memberikan refund ke maba hingga malam ini (kemarin) pukul 23.59,” katanya.

Persoalan yang mencuat antara Konveksi Veerstalan sebagai vendor merchandise dan Panitia PKKMB Unnes ramai dibicarakan setelah terdapat keluhan beberapa mahasiswa baru Unnes serta akun informasi soal tidak sesuainya jumlah bucket hat yang seharusnya Panitia PKKMB Unnes terima melalui akun Instagram @pkkmbunnes. Pada informasi yang dibagikan lewat story Instagram tersebut, Panitia PKKMB Unnes membagikan kronologi kerjasama dengan Konveksi Veerstalan.

Kronologi tersebut mencantumkan bahwa pada tanggal 14 Agustus 2024, kekurangan bucket hat adalah sejumlah 2.184. Selain itu, terdapat pula pernyataan yang mengarah pada owner atau pemilik vendor yang tidak kunjung membalas pesan dari Panitia PKKMB Unnes. Mengenai itu, Habib Al-Pakningi merasa apa yang ditulis Panitia PKKMB terlalu berlebihan. Sebab, kata Habib, komunikasi antara pihak vendor dengan panitia hanya melalui dia, bukan secara langsung lewat sang pemilik konveksi.

Selain itu, Habib juga menyayangkan penyebutan jumlah bucket hat yang ditulis pada story Instagram PKKMB Unnes. Menurutnya, pada 14 Agustus 2024, kekurangan bucket hat adalah sekitar 1.200 buah, bukan 2.184. Ketua Panitia PKKMB Unnes Julius megatakan kekurangan jumlah bucket hat yang ditampilkan pada story tersebut merujuk pada jumlah kekurangan yang tercatat pada hari terakhir perpanjangan waktu produksi, yaitu 13 Agustus 2024. “Untuk pernyataan 2.184 itu adalah hitungan jumlah yang kurang pada tanggal 13 Agustus,” katanya.

Rabu, 14 Agustus 2024, lalu, pihak panitia PKKMB Unnes telah menerima pengembalian dana secara penuh. Panitia juga sudah menerima video klarifikasi dari Konveksi Veerstalan pada Senin, 19 Agustus 2024. “Jadi per hari ini masalah sudah selesai,” kata Julius saat diwawancarai melalui pesan WhatsApp pada Selasa (20/8) kemarin.

Akibat adanya persoalan ini, pihak Konveksi Veerstalan mengaku mendapat imbas yang tidak mengenakkan, seperti adanya calon pelanggan yang menjadi ragu untuk memakai jasanya, bahkan mengurungkan niat untuk melakukan pemesanan ke Konveksi Veerstalan. Penilaian rating yang terdapat di aplikasi Google Map perusahaan konveksi yang sudah menjalankan usaha selama satu setengah tahun itu juga jeblok. Serangan yang ditujukan kepada personal melalui media sosial pun juga terjadi. “Kita terpaksa menghilang sejenak dari sosmed,” terang Habib.

Reporter: Arindra Rifky, Novyana, Adinan Rizfauzi

Penulis: Arindra Rifky

Editor: Adinan Rizfauzi

Exit mobile version