Puisi Sastra

Lembar Koda Sang Pecundang

Tercatat di bulan kesebelas pertama kalinya kita bersua

Percikan tawa mengadu jiwa

Lewat sebuah tatap kau mulai terpikat

Membuncah keinginanmu untuk mendamba

Lalu kau putuskan jatuh tanpa menimang

Dengan giat kau tabur benih bernama perasaan

Bodohnya ku siapkan ladang seluas lapang

Sesuatu yang indah mulai mekar

Seketika aku pun terjerat

Celaka aku jatuh juga

Kita berdansa di antara kata dan tawa

Ku bawa kau mengitari rasi bintang

Bersama kita ukir aksara dalam lembar asmara

Terbuai bahagia, kita abaikan rambu peringatan

Tak sadar, karam dalam jurang bernama perbedaan

Kita terbelenggu dalam arus yang bertentangan

Menghantam keyakinan yang tak sejalan

Terseok-seok memaksa bertahan

Bahkan untuk menetap saja menyesakkan

Semua terasa berjalan di tempat

Selamat, kita telah memulai bab bernama kehampaan

Kau lontarkan sebuah pertanyaan, 

“Mengapa Tuan menakdirkan kita berbeda?”

Aku membisu sesaat, kata-kata itu berputar menghantui akal

Lalu kau pilih mengalah dan ciptakan jarak

Sial, aku meratap tak terima

Ku sangkal bahwa kita adalah ketidakmungkinan

Tiap mataku terpejam, ku rayu Sang Maha Kuasa

Berharap suatu saat kita berlayar dalam arus yang sama

Na’as letih meraba, perlahan aku pupus jua

Andai kata dilema tak menenggelamkan harapan,

Akan kah kita tetap saling menggenggam?

Lagi-lagi terjebak antara angan dan kenyataan

Sayangnya kita memilih menjadi pecundang

Aku menyerah dan kau kalah

Teruntuk manusia yang terlampau berani menantang kuasa

Ketahuilah, kehendak-Nya tak akan bisa ditundukkan dengan rasa

Tuanlah pemenangnya

Berakhir menuai lara

Sang lakon kehilangan perannya

Penulis: Anastasia Retno

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *