Hari Dongeng Sedunia 2025 perdana digelar dengan mengusung tajuk “Kamar Tidur: Kami Mendongeng, Dunia Mendengar” di Cue Kopi Patemon pada Minggu (27/04/2025). Inisiator acara, Omah Dongeng Sangkara, mengajak beberapa kolaborator untuk mengisi pameran monokrom, pertunjukan wayang, diskusi filologi, keroncong, puisi, hingga film dan teater.
Film dan Teater Kado Buat Bawang Merah menjadi sorotan utama acara. Melalui tokoh Bawang Merah, penonton diajak untuk melihat tokoh antagonis dari sudut pandang yang berbeda. Nafiza, ketua panitia, mengungkapkan alasan dibalik pemilihan dongeng.
“Dongeng ini merupakan cerita legendaris yang diketahui semua orang. Kita lebih mengulik tokoh bawang merahnya, sebenarnya orang jahat itu belum tentu jahat pasti ada sebab akibatnya,” ungkapnya.
Najma, pengunjung acara, mengaku penampilan Film dan Teater Kado Buat Bawang Merah menjadi yang paling berkesan karena kisahnya yang menyentuh, “Merasa relate dengan diri sendiri karena punya kakak, jadi seperti punya saudara yang bisa merasakan emosi yang sama,” pendapatnya.
Melalui teater ini, Ayu, ketua sekaligus co-Founder Omah Dongeng Sangkara, berpesan agar para orang tua sadar bahwa kecerdasan tidak diukur dengan pengetahuan sains saja, tetapi juga seni dan sosial. Ia juga berharap agar anak-anak dapat mengenali bahwa cara orang tua mereka menunjukkan kasih sayang berbeda-beda. Orang tua akan senantiasa mempunyai cinta kepada buah hatinya, sekalipun itu dalam bentuk kekangan dan larangan.
Setelah Film dan Teater Kado Buat Bawang Merah selesai, sesi Wicara Asah Asih Asuh dimanfaatkan sebagai ruang untuk saling mengasah pikiran, mengasihi cerita, dan mengasuh harapan tentang dongeng yang terus berubah bersama zaman. “Apakah dongeng masih punya tempat?” menjadi pemantik diskusi sesi ini yang ditanggapi langsung oleh dua narasumber yang ahli dalam bidangnya.
Pembicara Wicara Asah Asih Asuh, Ahmad Alfan, mengapresiasi acara ini sebagai ruang inklusif dengan harapan Omah Dongeng Sangkara dapat memproduksi dongeng-dongeng yang jarang didengar. “Anak-anak perlu mendeliveri khazanah kebudayaan, kesusastraan, dan nusantara yang tidak dipelajari di pendidikan formal,” ujarnya.***
Reporter: Salma Afifah (Magang BP2M), Nayna Salwa Fitriana (Magang BP2M)
Penulis: Salma Afifah (Magang BP2M), Nayna Salwa Fitriana (Magang BP2M)
Editor : Fatya Hanani