Kuliah Bersama Aktivis dan Rakyat (KABAR) diselenggarkan di Aula Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Semarang (RSGM UNIMUS) pada Sabtu (10/5/25). Agenda ini bertajuk “Mahasiswa Jadi Korban, Pemerintah Cuci Tangan” yang dihadiri oleh pengacara publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang yaitu Cornelius Gea serta aktivis lingkungan, budaya, dan sejarah Karimunjawa yaitu Daniel FM Tangkilisan sebagai pembicara.
Menurut Daniel, maraknya represifitas aparat terhadap masyarakat sipil dan mahasiswa disebabkan oleh para aparat enggan merefleksi diri. Ia menekankan bahwa mayoritas aparat berasal dari hasil jual beli lahan seperti sawah dan sejenisnya. Ironinya, aparat justru cenderung mengekang pemilik lahan termasuk petani.
“Sebaiknya, aparat itu merefleksi diri sendiri bahwa mereka bisa menjadi seperti itu karena berasal dari rakyat juga, yang mereka represi saat ini. Mereka seharusnya refleksi diri dan mau update tentang undang-undang,” terangnya.
Daniel juga menceritakan pengalamannya saat berurusan dengan hukum. Kasusnya bermula saat ia mengunggah komentar di Facebook karena dianggap merendahkan individu, ia dilaporkan oleh salah satu warga yang mendukung tambak udang. Awalnya, Daniel dijerat pasal UU ITE dengan vonis 7 bulan penjara yang 1 bulan berselang ia dibebaskan karena banding diterima.
“Dalam persidangan, permasalahan tersebut sebenarnya dinyatakan tidak dapat diperkarakan, saya juga sempat terkena represifitas dari orang tambak dan memaksa saya untuk mengakui bahwa yang saya ujarkan sesuai dengan narasi mereka,” jelasnya.
Cornelius Gea menanggapi ketidaksetujuan dari pendapat sebagian masyarakat terhadap massa aksi yang menuangkan ragam ekspresinya dalam aksi. Ia menegaskan bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan keyakinannya sendiri dalam menyatakan kebenaran.
”Ragam ekspresivitas itu hal yang biasa di dalam gerakan sosial asal berdasarkan pada kebenaran,” jelasnya.
Dalam diskusi tersebut, dihadiri oleh delegasi dari berbagai organisasi mahasiswa Unimus, salah satunya ialah Rafa. Ia menjelaskan bahwa kehadirannya dalam diskusi adalah bentuk partisipasi dalam menyuarakan pendapat sebagai mahasiswa dan pemikiran kritis dari mahasiswa sebab arah kebijakan dari pemerintah yang dinilai tidak jelas.
“Ini salah satu bentuk untuk menyuarakan aspirasi saya, bahwa saya salah satu dari mahasiswa yang kritis dan bingung sebenarnya Indonesia akan dibawa ke arah mana oleh pemerintah,” jawabnya.
Ketua pelaksana acara yakni Fadhil menyatakan bahwa diselenggarakannya diskusi ini agar para peserta dapat mengetahui isu strategis di lingkungan terdekatnya. Pihaknya berharap bahwa para peserta dapat mengambil hikmah terkait apa yang disampaikan oleh pembicara dan agenda ini bisa lebih bagus di tahun berikutnya.
“Harapannya, peserta bisa mengambil hikmah dari para aktivis yang telah kami hadirkan. Dan di tahun berikutnya agenda ini bisa lebih baik lagi,” ungkapnya.
Reporter : Husein Faiz (Magang BP2M), Salma Afifah (Magang BP2M), dan Raihan Rahmat
Penulis : Husein Faiz (Magang BP2M) dan Salma Afifah (Magang BP2M)
Editor : Raihan Rahmat