Teater SS Universitas Negeri Semarang (Unnes) sukses menggelar pertunjukan bertajuk “Jangan Bicara Soal Mati” di Gedung B6 Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), pada Sabtu (17/05/2025). Pertunjukan ini mengisahkan tentang Ki Sanif, seorang mantan preman yang mencoba bertobat, namun masih dihantui masa lalunya sebagai penjagal atau kaki kanan dari pemimpin geng paling ditakuti.
Wahyu Heri saputro selaku asisten sutradara mengungkapkan naskah ini merupakan karya Alex Purwo, salah satu alumni Teater SS yang pertama kali dipentaskan pada era 1970-an. Kini, kisah tersebut dihidupkan kembali sebagai bentuk refleksi akan kematian, penyesalan, dan sisi kelam manusia. Pementasan ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada sang penulis naskah, sekaligus memperkuat hubungan lintas generasi dalam tubuh Teater SS, sebagai warisan karya seni dari angkatan terdahulu.
![Seorang perempuan bernama Ifana sedang menampilkan monolog sebagai pembuka acara Teater. (Sabtu/17/05/2025) [Zahwa Zahira/Magang BP2M]](https://linikampus.com/wp-content/uploads/2025/05/DSC08171-1024x683-jpg.avif)
Pertunjukan dibuka dengan penampilan monolog. Tokoh Ifana dalam monolog ini adalah seorang gadis yang terjebak dalam konflik batin. Ia tidak dilahirkan jahat, namun perlahan larut dalam bisikan amoral yang membungkam nuraninya. Monolog ini bukan bagian dari alur cerita, melainkan hanya sebagai pembuka acara yang memberi gambaran awal tentang tema yang diangkat.
Di sini adalah titik balik dari Ki Sanif yang mengira dirinya sudah kehilangan nurani mengingat sudah banyak melakukan pembunuhan, namun ternyata nuraninya masih belum mati sehingga dia tidak sanggup membunuh orang yang dicintainya.
Menjelang akhir cerita, Ki Sanif tersadar dari mimpinya dan berusaha berdamai dengan masa lalunya berkat dukungan dari istrinya. Orang-orang yang telah ia bunuh, yaitu Tompel, Mondol, dan Bendot hadir sebagai tokoh imajiner yang turut serta merangkul Ki Sanif.
Reporter: Zahwa Zahira (Magang BP2M)
Editor: Puji Listari