Santrendelik Autentik mengadakan dialog berjudul “Manusia Boneka” yang berarti manusia autentik tidak perlu menjadi boneka dari orang lain. Dialog ini berlangsung di Pendopo Santrendelik Autentik pada Jumat (22/07/25) pukul 20.00 hingga 23.00 WIB yang dihadiri oleh Fahruddin Faiz, seorang penggagas ngaji filsafat yang datang dari Yogyakarta. Dialog ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari Kota Semarang dan luar kota.
Ikhwan Syaifulloh, pendiri Santrendelik yang dahulunya bernama Kampung Tobat mengatakan bahwa untuk memperkuat dan menyesuaikan dengan visi-misinya yang autentik, ia dan teman-teman pendirinya melakukan rebranding penamaan tempat tersebut. Ia juga menyampaikan alasannya mengundang Fahruddin Faiz.
“Untuk memperkuat visi-misi kami sesuai dengan namanya yang bertransformasi tahun lalu dari Santrendelik Kampung Tobat menjadi Santrendelik Autentik, kami temukan sumbunya di Doktor Fahruddin Faiz ini,” tegasnya.
Dalam ruang dialog, Fahruddin Faiz menyampaikan bahwa autentik terbagi menjadi dua jenis yakni orang tenggelam dalam kerumunan dan orang yang tegak menjadi dirinya sendiri.
“Autentik itu ada dua jenis. Pertama orang yang tenggelam dalam kerumunan. Kedua, orang yang tegak sebagai dirinya sendiri. Iya bilang iya, tidak bilang tidak,” ucapnya.
Terdapat pula iringan musik yang membawa semua orang saat itu kepada suasana hangatnya malam di sekitar pendopo Santrendelik Autentik. Seusai iringan musik dimainkan, sesi tanya-jawab dibuka.
“Kita seringkali melihat para influencer terlihat autentik. Lalu, apa bedanya autentik dari seorang influencer dengan autentik dirinya sendiri?” tanya salah satu peserta yang berasal dari Universitas Diponegoro saat sesi tanya-jawab.
“Lantas, jawabannya hanya ada dalam diri sendiri,” jawab Fahruddin Faiz menggugah peserta yang hadir kala itu.
Kedatangan peserta dari Kota Semarang dan luar kota, terlihat dari berbagai sisi. Mulai dari area parkir, halaman depan, hingga pendopo tempat Ikhwan yang sebagai moderator dan Fahruddin Faiz sebagai pembicara terduduk. Salah satu hal yang menarik yaitu antrean makan dan minum yang tersedia secara gratis di samping halaman depan.
Akhir dialog, Fahruddin Faiz menuturkan bahwa ada empat hal untuk menjadi manusia yang autentik.
“Pada intinya, untuk menjadi autentik ada empat hal. Pertama, punya tujuan hidup. Kedua, cari circle yang membuatmu jadi autentik. Ketiga, jangan mudah terbawa arus dan tenggelam. Terakhir, lakukan segala sesuatu yang cocok terutama kebaikan,” pesannya.
Dialog ditutup dengan iringan musik dan foto bersama-sama. Peserta dialog kembali ke tempat tinggalnya masing-masing. Iringan musik menutup rangkaian acara itu.
Reporter : Lidwina Nathania
Penulis : Lidwina Nathania
Editor : Raihan Rahmat