Seruan keadilan untuk Affan Kurniawan yang menjadi korban saat Aksi di Jakarta pada 28 Agustus 2025 lalu, lantang disuarakan oleh Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes). Aksi ini diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) pada Minggu, (31/08/2025). Doa bersama dan orasi digaungkan oleh mahasiswa yang hadir pada malam itu di selasar depan Gedung Dekanat FEB. Mulai dari pukul pukul 20.21 hingga 21.30 WIB mahasiswa berkumpul untuk mengikuti rangkaian aksi sebagai keberpihakan mereka dalam menuntut keadilan bagi Affan Kurniawan dan merespon ketidakstabilan kondisi perekonomian negara sekarang ini.
Rangkaian aksi diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ias Aufal, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Mereka memanjatkan doa untuk keselamatan dan ketenteraman bangsa serta memohon keadilan proses hukum bagi pelaku yang menyebabkan Affan berpulang.
Setelah itu, orasi digaungkan oleh beberapa mahasiswa. Mereka menyerukan kekecewaan terhadap aparatur negara yang melakukan tindakan korupsi dan hal-hal yang merusak martabat bangsa.
“Waktu Kita (masyarakat) melakukan demonstrasi kemarin itu DPR justru tidak menemui kita, nah menurut saya itulah yang menyebabkan kerusuhan ini semua,” lugas salah satu orator.
Ia melanjutkan, jika DPR tidak menindaklanjuti aspirasi masyarakat, maka akan terjadi ketidakstabilan ekonomi bagi negara.
“Bahwasanya, nilai rupiah kita ke dolar yang dari awalnya 16.200 kalau gak salah itu di tanggal 14 Agustus, sekarang per 28 Agustus nilai dolar kita itu naik di angka 16.453 rupiah. Nah, walaupun kita lihat itu cuma 200-an saja, sebenarnya peningkatan itu sangat signifikan. Apabila dari DPR memang nantinya tidak mengambil tindakan, maka akan terjadi inflasi.”
Bergantian pula dengan orator lainnya, ia menyuarakan tentang kondisi negara yang seperti dijajah oleh bangsa sendiri karena kasus korupsi.
“Teman-teman sekalian, saat ini kita sedang berdiri di negara yang bernama Indonesia. Di mana negeri yang diwariskan dengan rasa perjuangan para pahlawan, penuh dengan air mata dan darah. Tapi saat ini negeri kita itu hancur, bukan karena telah dijajah atau negeri ini hilang, tapi karena hilangnya rasa malu bagi para koruptor yang terus merajalela,” tegas salah satu orator.
Orasi selanjutnya juga menyampaikan kenaikan tunjangan perumahan bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ditengah krisis ekonomi dan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal.
”Hari ini banyak buruh yang terkena PHK dan banyak petani yang sulit mendapatkan pupuk, tetapi DPR RI malah menambah anggaran untuk rumah mereka sebesar 50 juta,” ujarnya.
Di akhir mereka menyepakati untuk terus bersuara agar ada keadilan bagi kondisi Indonesia sekarang.
“Sampai kapan keadilan negara kita? Kalau kita akan diam saja, tidak ada perubahan untuk Indonesia. Kita harus berani bersuara, teman-teman!” pesannya menutup orasi terakhir malam itu.
Reporter dan penulis: Haidar, Husain
Editor: Lidwina