Forum Uji Kelayakan Calon Presiden Mahasiswa dan Wakil Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa-Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM Unnes) 2026 dilaksanakan pada Minggu, (7/12/2025) di Gedung Lembaga Pengembangan dan Profesi (LP3) Unnes. Calon presiden mahasiswa yang menghadapi uji kelayakan tersebut yaitu Arya Pradapa. Sementara, calon wakil presiden mahasiswanya ialah Septia Linasari. Kedua pasangan calon tersebut dihadirkan dalam uji kelayakan ini untuk menyampaikan visi dan misi mereka yang dapat dinilai oleh seluruh civitas akademika Unnes. Forum ini dimulai sejak pukul 14.00 hingga 17.00 WIB. Walaupun tak memiliki lawan dengan pasangan calon lain, mereka tetap meyakinkan audiens dengan menjawab pertanyaan yang dilontarkan dalam uji kelayakan ini. Hal ini sebagai ganti dari adu gagasan, apabila terdapat pasangan calon lawan.
Arya Pradapa menyampaikan lima arah gerak yang akan dijalani pada masa kepemimpinannya bersama Septia. Kelima hal tersebut yaitu pelayanan, pengabdian, pergerakan, karir, prestasi.
Arya dan Septia diuji oleh panelis mengenai kekerasan, hukum, dan politik. Panelis terdiri dari Arif Hidayat selaku Dosen Fakultas Hukum, Sonika Maulana sebagai Dosen Pendidikan Teknik Otomotif, dan Baharudin Wahyu Aji Dwi Sajiwo selaku mantan Presiden Mahasiswa (Presma) BEM KM UNNES periode 2024. Pasangan calon diuji melalui berbagai pertanyaan.
“Teman Berarti”, Ruang Aman sebagai Perantara dengan Satgas PPK
Dalam sesi yang pertama, tanya-jawab membahas tentang penanganan kasus kekerasan di Unnes. Arya dan Septia membahas bahwa diperlukan edukasi tentang kekerasan yang masih kurang dan juga memberikan informasi tentang layanan aduan kekerasan di Unnes.
“Mahasiswa masih belum terinformasikan dengan baik, informasi prosedural itu seperti apa? Hal ini berimplikasi bahwa teman-teman KM Unnes tidak mengetahui bagaimana cara melaporkannya dan ketakutan-ketakutan yang berlebih ketika dia mengungkapkan atau melaporkan ketika teman atau dirinya sendiri itu melakukan kekerasan,” ujar Arya.
“Perlu adanya peningkatan edukasi-edukasi terkait dengan isu-isu yang memang menyinggung hal tersebut,” tambahnya.
Selanjutnya pasangan calon juga menjelaskan perlu adanya pendampingan kepada pelapor kekerasan seksual dan juga ruang aman bagi seluruh keluarga mahasiswa Unnes
“Kemudian, langkah solusinya tentunya kami akan memberikan pendampingan. Jadi ada namanya ‘Teman Berarti’, Nah, dengan hal tersebut tentunya, kita percaya bahwa BEM KM ini bisa menjadi mediator untuk mengadvokasikan kasus-kasus ini. Nantinya akan disalurkan kepada Satgas PPK (Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan),” ujar Arya
Diskusi sebagai Inkubator yang Meningkatkan Awareness Mahasiswa
Pada sesi kedua yang diuji panelis berkaitan dengan pembahasan hukum. Salah satu panelis pasangan calon menjelaskan perlu adanya kerjasama dengan mitra-mitra untuk meningkatkan awareness tentang isu-isu pergerakan yang ada.
“Kami mencoba untuk membuat corak relevan dalam hal pergerakan mahasiswa dengan ikut serta berkolaborasi dengan mitra strategis, mitra kolaboratif yang memang dapat dilihat ke arah mahasiswa,” jelas Arya.
Arya juga menjelaskan bahwa tugas BEM KM adalah meningkatkan awareness mahasiswa terhadap isu-isu yang terjadi melalui inkubasi-inkubasi kecil.

“Tugas BEM saat ini adalah bagaimana memanfaatkan exposure credibility dan legitimasi yang ada untuk memberikan kecerdasan melalui inkubasi-inkubasi kecil seperti acara ataupun diskusi-diskusi. Itu bisa meningkatkan awareness kita, paling tidak kita mengingatkan bahwa ada isu yang sedang terjadi di masyarakat,” ujar Arya.
Selain itu, Septia mengatakan perlu adanya kecerdasan sebelum mengawal suatu isu.
“Apa yang menjadi isu yang kita kawal itu ada dasarnya dulu, dicerdaskan dulu. Contohnya saat kenaikan UKT, bagaimana kita mengawal tentang kenaikan UKT, yang paling awal adalah kita tahu sumber-sumber anggaran yang ada di PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum), itu yang akan kami kedepankan di BEM KM,” jelas Septia.
Di sisi lain, pasangan calon juga menjelaskan bahwa mereka akan selalu mengedepankan profesionalisme sehingga memunculkan public trust kepada seluruh mahasiswa. Hal ini dalam meyakinkan publik karena mereka adalah calon tunggal.
“Bahwa kita harus mengedepankan yang pertama public trust, Nah ketika public trust ini dapat terbangun, otomatis nanti daya dukung dari KM Unnes kepada kami sudah dapat ditunjang dengan baik,” ujar Arya.
Pasangan calon juga mengkritik bahwa perlu adanya optimalisasi peran kementerian advokasi sehingga masalah mahasiswa dapat menemukan titik solutifnya dan juga pengembangan minat mahasiswa baik akademik maupun non-akademik juga perlu diakomodir dengan baik.
“Segmen mahasiswa itu ada mahasiswa yang melek atau istilahnya ingin mengembangkan dirinya di bidang non-akademik, atau di pergerakan dan segala macamnya. Nah segmen-segmen itulah yang bisa kita akomodir dan coba kita realisasikan dan kita advokasikan,” ujar Septia
Usung Tagline “Stand for Proficiency”
Pada sesi ketiga, kedua pasangan calon dihadapkan dengan isu-isu politik, Arya Pradapa menyampaikan pemaksimalan keterlibatan Unnes akan dibangun ke dalam tiga tahap yaitu: membangun fundamental, kolaborasi, dan optimalisasi.
“Tentunya yang pertama dengan membangun fundamental terlebih dahulu. Ketika kita mengetahui bagaimana sumber pergerakan, bagaimana kualitas SDM nya, bagaimana teman-teman kita benar-benar bergerak dan dihimpun dengan keresahan yang sama. itu menjadi fundamental yang rata, untuk kita menjadi lebih baik lagi.” ungkapnya.
Selain dari membangun fundamental, kolaborasi, diperlukan juga optimalisasi digital.
“Kemudian yang terakhir adalah optimalisasi digitalisasi yang tentunya media masanya kita harus optimalkan karena pada dasarnya ketika kita melihat, daya dobrak itu bukan hanya seberapa kuat argumen yang kita miliki, tapi seberapa mudah teman-teman audiens itu memahami apa yang kita bawakan,” pungkasnya.
Pendidikan dan konservasi adalah isu utama yang akan digagas oleh BEM KM Unnes. Dengan mengusung tagline “stand for proficiency”, BEM KM Unnes akan berdiri untuk kecakapan pendidikan, ekonomi, dan sosial konservasi.
“BEM KM UGM itu menggagas fight for poverty karena mereka kampus kerakyatan,” ungkapnya.
“Nah kita, Unnes identik dengan dua hal, pendidikan dan konservasi. Maka dari itu kita mencoba untuk menggagas tagline yang hampir serupa, yaitu stand for proficiency, yang mana kita berdiri di garis kecakapan, dimana teman-teman ini cakap dalam pendidikan, teman-teman cakap dalam ekonomi, dan cakap dalam sosial konservasi, seperti itu,” tambahnya
Bagaimana Dampak Mahasiswa bagi Masyarakat?
Setelah itu acara masuk ke sesi yang terakhir yaitu pertanyaan dari audiens. Beberapa pertanyaan disampaikan oleh audiens. Salah satu audiens menanyakan tentang kesadaran mahasiswa untuk berdampak langsung bagi masyarakat.
“Bagaimana membangun kesadaran mahasiswa agar berdampak bagi masyarakat dan juga berkelanjutan?” tanyanya.
Dari pertanyaan tersebut, Arya dan Septia menanggapi dengan menjawabnya secara bergantian.
“Dalam manajemen ada teori POAC. Planning, Organizing, Activating, Controlling. Nah, dari teori ini, kita bisa merencanakan sesuatu. Oke, berarti ini kita merencanakan sesuatu yang berkelanjutan. Oke, organizing, kita mengorganisir. Siapa saja nih yang bisa kita ajak bergerak bersama. Kita mengarahkan, berarti arahnya ke sini. Dan kita mengawasi, apakah setelah kita awasi ini ada perbaikan? oh ternyata masih ada yang kurang. Berarti kita ulang lagi, kita rencanakan lagi. Seperti itu,” respon Arya.
Harapan yang Bertiupan
Terakhir, acara ini ditutup dengan sesi foto bersama dan penyerahan plakat untuk para panelis.
Raditya Fathan Al Gibran selaku Ketua KPUR KM Unnes mengungkapkan harapannya. Ia berharap mahasiswa bisa mengenal kedua pasangan calon.
“Semoga mahasiswa menjadi lebih paham dan lebih kenal. Serta tahu kapasitas dan kapabilitas calon presiden mahasiswa hari ini. Kemudian menilai secara langsung terkait kelayakan dari calon tersebut,” harap Raditya.
Sonika Maulana yang sebagai dosen sekaligus panelis dalam forum ini juga menyampaikan harapannya kepada pasangan calon presiden mahasiswa dan wakilnya, Arya dan Septia. “Yang penting pengembangan kolaboratif, kemudian membuat networking di jaringan internasional Unnes. Saya kira itu sudah baik, tinggal lebih bagus lagi. Ini cuma harus direalisasikan terkait konsep-konsep visi yang sudah disampaikan,” tiup harapnya.
Reporter dan penulis: Abiya Azka Rihan, Muhammad Rayhan Nova
Editor: Lidwina Nathania
