Kabar Kilas

Teater Gema Luncurkan Buku “Bhumi” dalam Acara Ngobrol Inti Teater

Tampak buku "Bhumi" yang terletak di atas meja (BP2M) [Rabu, 10/12/2025]
Tampak buku “Bhumi” yang terletak di atas meja (BP2M) [Rabu, 10/12/2025]

Teater Gema menggelar kegiatan “Nginter (Ngobrol Inti Teater) dan Launching Buku” pada Rabu (10/12/2025) di Gedung Pusat lantai 7 Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) . Kegiatan ini bertujuan mengevaluasi penampilan para peserta lomba teater sekaligus peluncuran buku antologi naskah monolog berjudul “Bhumi”. Acara yang berlangsung pukul 09.00–13.05 WIB itu mengangkat tema “Perjuangan adalah Pelaksanaan Kata-Kata: Berproses, Bertumbuh, dan Bermekaran”. Kegiatan tersebut diikuti oleh pelajar dan mahasiswa se-Jawa Tengah.

Diskusi ini membahas berbagai penampilan teater yang telah disajikan sejak tanggal 8 hingga 9 Desember 2025. Diskusi ini dihadiri oleh para juri penampilan teater yaitu Yogi Swara Manitis, Apito Lahire, dan Tentrem Lestari. 

Juri lainnya yaitu Asa Jatmiko. Ia yang sebagai kurator naskah, menyampaikan arti monolog kepada peserta diskusi. 

“Aktor monolog itu aktor yang lengkap, menjadi pencerita, menjadi pengungkap dialog tokoh-tokohnya,” tutur Jatmiko. 

Ia melanjutkan bahwa monolog terdiri dari banyak peran dan emosi yang dimainkan hanya melalui satu orang. 

Dalam buku ini, Jatmiko menuturkan tentang makna dari kumpulan naskah. 

“Naskah-naskah monolog ini menyuarakan realitas sosial yang sangat kental, membedah kepribadian tangguh yang terlipat oleh berbagai persoalan sosial,” ungkapnya.

Peluncuran buku ini ditandai dengan seremonial berupa pembacaan doa. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Kartika, dari Teater Gema. Ia mengungkapkan bahwa tujuan dari pengumpulan naskah monolog ini, agar peristiwa dan tokoh-tokoh di dalamnya dapat ditampilkan melalui sebuah pentas. 

Yogi selaku juri menyampaikan bahwa festival teater ini sebagai bentuk penciptaan daya kritis, guna merespon berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat. 

“Festival ini sebagai bentuk dari kesetiaan untuk menciptakan daya kritis di masyarakat. Sebab, melalui teater kita bisa membaca fenomena dari masyarakat,” tegasnya. 

Hadir pula alumni Teater Gema, Furry Setya Raharja, yang pernah membintangi serial televisi Tukang Ojek Pengkolan. Dalam diskusi, ia menyampaikan sejumlah pesan terkait dunia keaktoran.

“Apapun yang kita tampilkan di panggung itu bukan diri kita. Saya harap temen-temen bisa bermain teater dengan jujur, karena teater itu tentang kejujuran,” pesannya. 

Andra Pasha, pelajar SMK Negeri 7 Semarang, mengaku kegiatan tersebut membantunya memperluas pengetahuan tentang teater dan membuka ruang diskusi dengan para senior teater. 

“Harapan saya semoga acara (Gema Festival) diperbanyak jadi kami bisa sambil belajar,” jelasnya.

Reporter dan Penulis: Anastasia dan Lidwina

Editor: Puji Listari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *