Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Foto Esai Jepret

Menilik Aksi “Adili dan Turunkan Jokowi” di Balaikota Semarang

Spanduk sindiran terhadap penyelewengan demokrasi dan represifitas polisi dibentangkan dalam perjalanan menuju titik aksi, Senin (26/08). [BP2M/Anastasia]
Spanduk sindiran terhadap penyelewengan demokrasi dan represifitas polisi dibentangkan dalam perjalanan menuju titik aksi, Senin (26/08). [BP2M/Anastasia]

Aksi bertajuk “Adili dan Turunkan Jokowi” digelar oleh Gerakan Rakyat Jawa Tengah Menggugat di depan Gedung DPRD Kota Semarang pada Senin, (26/8). Aksi ini merupakan tindak lanjut dari aksi “Peringatan Darurat, Jokowi Bikin Negara Jadi Sekarat” pada Kamis (22/08) lalu. Massa aksi menuntut agar Presiden Jokowi dan jajarannya mundur dari jabatan jika tidak segera memenuhi tuntutan untuk menegakkan hukum dan menghormati konstitusi.

Penyampaian orasi dari koordinator aksi tentang penyelewengan demokrasi yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan represifitas polisi, Senin (26/08). [BP2M/Raihan]
Spanduk-spanduk kekecewaan terhadap Presiden Jokowi dan represifitas polisi terbentang di depan gerbang Kantor DPRD dan Balaikota Semarang, Senin (26/08). [BP2M/Raihan]

Massa aksi menyampaikan aspirasinya melalui orasi, spanduk, dan nyanyian. Bentuk protes semakin meningkat ketika massa berusaha merobohkan gerbang Gedung DPRD Kota Semarang.

Seorang mahasiswa mengikat gerbang dengan tali untuk merobohkan gerbang dengan cara ditarik bersama massa aksi lainnya, Senin (26/08). [BP2M/Raihan]
Aparat keamanan bersiaga untuk menahan gempuran dari massa aksi dengan peralatan lengkap, Senin (26/08). [BP2M/Anastasia]
Ratusan mahasiswa membentuk barisan barikade sebagai bentuk kesiapsiagaan untuk menghalau polisi, Senin (26/08). [BP2M/Anastasia]
Beberapa mahasiswa berhasil merebut beberapa tameng dari aparat keamanan yang menjaga pintu gerbang, Senin (26/08). [BP2M/Anastasia]

Situasi aksi unjuk rasa yang semula kondusif dengan pelaksanaan salat magrib berjamaah, berubah drastis menjadi kerusuhan setelah magrib. Bentrokan antara massa dan aparat keamanan tidak terelakkan, hingga polisi menggunakan gas air mata dan water cannon. Insiden tersebut menimbulkan korban bukan hanya dari  kalangan demonstran, namun juga warga sipil termasuk anak-anak.

Beberapa massa aksi dengan khusyuk menunaikan ibadah salat magrib berjamaah di depan gerbang Kantor DPRD Kota Semarang, Senin (26/08). [BP2M/Raihan]
Polisi mulai menembakkan water cannon dan gas air mata ke arah massa aksi untuk membubarkan aksi yang dinilai telah melebihi batas waktu, Senin (26/08). [BP2M/Rifky]
Potret gerbang depan Kantor DPRD dan Balaikota Semarang pasca aksi, Senin (26/08). [BP2M/Raihan]

Reporter: Anastasia Retno, Arindra Rifky, Raihan Rahmat

Editor: Yoshinta Nur Prihatina

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *