Kabar Kilas Uncategorized

#SuaraKorban dan Reformasi Polri: Perspektif Tiga Sosok Inspiratif dalam Perjuangan Hak Asasi Manusia

Diskusi Publik #SuaraKorban: Kenapa Harus Terus Bersuara dan Mendesak Reformasi Polri? melalui Zoom dan Live Streaming YouTube Sekber RFP, Kamis (09/01/2025). [Magang BP2M/Tsaqifa Azfa]
Diskusi Publik #SuaraKorban: Kenapa Harus Terus Bersuara dan Mendesak Reformasi Polri? melalui Zoom dan Live Streaming YouTube Sekber RFP, Kamis (09/01/2025). [Magang BP2M/Tsaqifa Azfa]

Diskusi publik mengenai suara korban dan mendesak reformasi Polri diadakan melalui live streaming YouTube Sekber RFP dan zoom meeting yang menghadirkan tiga sosok inspiratif yang memperjuangkan korban-korban pelanggaran hak asasi manusia dan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh polisi sebagai narasumber pada Kamis (09/01/2025).

Diskusi tersebut menjadi wadah untuk mengkritisi kebijakan dan praktik-praktik pelanggaran HAM yang semakin marak dilakukan oleh oknum-oknum dalam institusi kepolisian.

Para narasumber dalam diskusi ini mengajak publik untuk lebih sadar dan peduli terhadap pentingnya reformasi kepolisian serta memberikan tekanan terhadap pemerintah guna memastikan terjaminnya perlindungan hak asasi manusia dan mewujudkan keadilan bagi rakyat dalam kebijakan yang diterapkan Polri.

Rizal, keluarga korban Tragedi Kanjuruhan mengungkapkan bahwa ayah dan adiknya menjadi korban yang tewas dalam tragedi tersebut. Alih-alih mendapatkan transparansi dalam proses mencari keadilan, dirinya malah ditawari untuk menjadi polisi dan sejumlah uang. Namun, tawaran tersebut ditolaknya dengan tegas. 

“Bertahun-tahun saya memperjuangkan keadilan ini supaya dapat membantu korban ketidakadilan, kini justru diiming-imingi dengan menjadi polisi,” protes Rizal.

Fatia, Kepala Koordinator Kontras yang menjadi korban kriminalisasi menyayangkan perihal kepolisian sebagai alat negara untuk melindungi dan mengayomi masyarakat justru digunakan sebagai alat kekuasaan dalam melakukan kriminalisasi. 

“Memang tidak ada efek jera ataupun keadilan secara pidana yang dilakukan dan diberikan terhadap kepolisian yang menjadi pelaku di dalam kekerasan tersebut, di dalam reformasi kepolisian sendiri juga di dalamnya sudah terlihat jelas keberpihakannya,” keluh Fatia.

Menurut Paul, tanpa perjuangan, maka tidak akan ada kemajuan dan perubahan. Tiga narasumber yang dihadirkan sengaja dipilih karena perjuangan mereka membuahkan hasil. Tanpa perjuangan, maka tidak akan mendengar kabar-kabar keberhasilan dari gerakan secara kolektif, lintas unsur, yang semuanya bergerak untuk tujuan yang sama yakni kebenaran, keadilan, dan hak asasi manusia tersebut.

“Kegagalan tentu ada, tapi tidak mungkin tidak ada keberhasilan. Walaupun keberhasilan kecil, kita kalau seandainya sama sekali nggak berjuang ya nggak mungkin dapat. Meskipun berjuang juga masih dengan susah payah dengan iklim bernegara kita sampai sekarang ini,” ujar Paul.

Rusin merasa kecewa dengan sistem penegakan hukum di Indonesia karena kasus yang menimpa putranya. Hal ini menimbulkan dorongan untuk mendukung reformasi Polri dengan mengambil langkah konkret dalam sistem pendidikan dan pelatihan aparat kepolisian.

“Saya mengimbau untuk instansi kepolisian agar berbenah, minimal pendidikannya S1 atau dalam pelatihan calon anggota polisi diajarkan mengenai hak asasi manusia. Agar kedepannya tidak ada lagi pelanggaran hak asasi manusia dalam lingkup kepolisian,” harap Rusin, orang tua korban salah tangkap.

Reporter : Tsaqifa Azfa (Magang BP2M)

Penulis : Hansa Daniswara (Magang BP2M) dan Salma Afifah (Magang BP2M)

Editor : Raihan Rahmat

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *