Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Kabar Uncategorized

Wujud Konservasi Budaya, Mahasiswa KKN Unnes Launching Sanggar Tari



Semarang, Linikampus.com – Kamis, (30/11) sepuluh penari yang beranggotakan lima anak perempuan dan lima anak laki-laki telah siap menampilkan hasil kerja keras mereka selama dua minggu lamanya di Gedung Patriot Kelurahan Gedawang, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, pukul 16.00 WIB.

Mereka akan membawakan Tari Geol Denok Semarang untuk anak perempuan dan Tari Jaranan untuk anak laki-laki, sebelumnya mereka sudah diajari oleh mahasiswa KKN Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Kelurahan Gedawang.

Sanggar Tari Kenanga adalah wujud peninggalan dari 13 mahasiswa KKN Unnes di Kelurahan Gedawang, untuk memperkenalkan konservasi budaya, pun menjadi simbolis daripada wujud kecintaan masyarakat kepada budayanya sendiri.

Sejurus itu menurut Mulyantoro, Lurah Gedawang, pada perguruan tinggi sendiri ada satu aspek yang harus dipenuhi yaitu pengabdian masyarakat. Maka dari itu, dengan adanya KKN Unnes ini merupakan wujud nyata dalam pengaplikasiannya.

“Di Gedawang sendiri, sebenarnya sudah ada potensi. Pun beberapa tokoh masyarakatnya sudah mau mengupayakan, hanya butuh dipoles sedikit,” ujarnya.

Mulyantoro juga menambahkan ke depannya bisa menggandeng seniman-seniman di Gedawang untuk dapat memajukan sanggar tari tersebut. Dia juga menceritakan betapa banyaknya potensi yang ada sebagai contohnya saat kirab budaya pada waktu silam.

Sanggar tari yang baru dibuka di RW 02 Kelurahan Gedawang disambut baik oleh warga, “Kedepannya mungkin bisa diupayakan untuk semua warga Gedawang,“ ungkap Mulyantoro. Pembukaan Sanggar tari dibuka dengan simbolis penyerahan Jaranan oleh mahasiswa KKN Unnes kepada Warga Gedawang yang mewakili, yaitu Kuslani, Ketua RW 02 Kelurahan Gedawang.

Tepuk tangan riuh menghantarkan pembukaan Sanggar Tari Kenanga. Para penampil tari pun satu per satu menunjukan talentanya di atas panggung.

Lima laki-laki penari jaranan berlenggak-lenggok mengikuti irama musik, disusul dengan tarian dari para wanita yang lembut, gemulai, pun lincah dan ceria.

“Saya sangat senang bisa ikut tampil di pembukaan sanggar” celetuk Zahra, salah satu penari Geol Denok Semarang kala itu. [Dian]

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *