Dok. Faiz |
Tak kesemuanya dapat dimanfaatkan, kreativitas mampu menembus segala kemustahilan seperti memanfaatkan sisa-sisa bongkahan batu akik menjadi kerajinan lampu.
Batu akik merupakan salah satu batu mulia yang banyak ditemukan di Purbalingga. Hal ini, mendukung adanya peningkatan ekonomi dari hasil olahan kerajinan berbahan batu akik. Namun, tidak semua bagian bongkahan batu akik dapat digunakan sebagai bahan baku seperti pembuatan liontin, cincin, dan berbagai perhiasan lainnya. Seringkali ditemukan sisa bongkahan batu akik hanya dimanfaatkan untuk pembatasan halaman di depan rumah. Bahkan, ada sisa bongkahan batu akik yang tidak dimanfaatkan.
Lima mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) mampu memanfaatkan bongkahan sisa batu akik tersebut menjadi sebuah kerajinan batu akik yang dikreasikan dengan lampu berwarna. “Lapis Batik”, nama kerajinannya.
Kerajinan ini merupakan terobosan baru yang belum pernah dibuat sebelumnya serta memiliki double function. Selain berfungsi sebagai hiasan, kerajinan ini juga memiliki fungsi sebagai alat penerangan dengan beraneka ragam warna cahaya lampu.
Analisis usaha, BEP (Break Event Point) produksi mampu dicapai dalam jangka waktu yang relatif singkat yaitu dengan target penjualan 10 unit perbulan. Sedangkan, balik modal dalam kegiatan ini mampu dicapai selama 30 hari dengan penjualan 2 unit per hari. Dari analisis tersebut, dapat dilihat bahwa kerajinan Lapis Batik memiliki nilai jual yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh sangat cocok dijadikan sebuah usaha yang berorientasi pada profit.
“Melihat dari segi produk yang unggul serta bermanfaat karena mengolah sisa pembuatan kerajinan batu akik serta dari segi profit yang menguntungkan, kami yakin dengan berjalannya kegiatan ini, sisa bongkahan batu akik yang tadinya tidak berharga mampu kami ubah menjadi pundi-pundi rupiah yang menguntungkan,” ungkap Faiz, salah satu mahasiswa Unnes, penggagas kerajinan Lapis Batik. [Faizin]