BP2M – Raut wajah para peserta dan panitia tercengang saat Dokter Olivia menayangkan gambar-gambar penyakit kelamin. Dokter Olivia ingin menerangkan pentingnya edukasi seks sejak dini.
Kepedulian mahasiswa dan orang yang mendalami ilmu kesehatan yang mengikuti seminar ini terlihat jelas. Mereka mengangguk tanda sepakat dengan Dokter Olivia bahwa edukasi seks semestinya disampaikan dengan baik kepada masyarakat.
Di luar gedung Auditorium Unnes, empat siswa berseragam SMP berjalan di sekitar pelataran Auditorium. Dinda, Adhinda, Nagita, dan Charisma berjalan sembari bergurau dan berpegangan tangan. Tim bp2munnes mencoba menyapa mereka. Keempat bocah manis itu menyambut hangat sapaan kami.
Kami coba melontarkan pertanyaan, seberapa besar yang mereka ketahui tentang alat reproduksi yang kebetulan materi pelajaran yang baru diterimanya di sekolah. Dengan rasa malu-malu mereka menjawab sekadar yang diketahuinya. Senyum dan tawaan kecil terlukis di wajah polos mereka. Rupanya mereka masih merasa tabu dengan hal ini. Dua anak dari empat sekawan itu yakni Adhinda dan Nagita telah mengalami menstruasi. Mereka berdua sedikit berani menjawab.
Mereka mengaku belajar alat reproduksi dari keluarga terutama pada ibu masing-masing. Empat sekawan itu sepakat pentingnya mengetahui tentang alat reproduksi. Ketika ditawari untuk belajar tentang alat reproduksi, mereka terlihat antusias dan tertarik untuk mengikutinya.
Di bawah pohon rindang sekitar Auditorium kami berbincang sekaligus saling melempar canda. Tiba-tiba salah satu dari empat kawanan itu melontakan pertanyaan “Ada acara apa di sana, mba? Kelihatan ramai sekali,” ujarnya seraya menunjuk Gedung Auditorium Unnes.
Sabtu pagi (26/11), sejumlah 1100 orang memenuhi gedung Auditorium Unnes untuk menghadiri acara Seminar Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Universitas Negeri Semarang pada Sabtu (26/11) dengan tema “Gizi Kesehatan Reproduksi Remaja.” Peserta seminar didominasi mahasiswa yang mendalami ilmu kesehatan asal perguruan tinggi di Jawa Tengah dan sekitarnya. Dalam seminar tersebut, panitia menghadirkan tiga pembicara yaitu dr. Miroful Hari Riyyah (Subbid Kesehatan Reproduksi BKKBN Provinsi Jawa Tengah), Ir. Doddy Izwardy. MA (Direktur Gizi Masyarakat), dan dr. Olivia Fransisca Laksamana (Direktur Obgyn di RS. Columbia Asia Semarang).
Olivia Franciska tak segan menjelaskan dengan rinci bagian-bagian alat reproduksi hingga bagian terkecilnya yang membuat peserta seminar tidak berhenti menatap layar. Para peserta tercengang melihat gambar yang menunjukan alat reproduksi yang terkena virus herpes, HIV dan aids. Gambar itu begitu jelas dan rinci tak tersensor apapun hingga berani ditampilkan Olivia Franciska di forum seminar ini. Saya sempat mengerutkan dahi lalu menengok ke arah peserta lain yang dipastikan juga merasakan hal yang sama.
Pentingnya Edukasi Seks
Goresan luka, darah, nanah, benjolan begitu jelas terlihat dalam gambar. Olivia Franciska memaparkan jelas sebab-akibat hal tersebut dapat terjadi. Bagi Olivia Franciska, tidak ada perkara tabu selama hal yang disampaikan penting dan memang harus disampaikan.
Bagi anak usia 12 tahun seperti Dinda, Adhinda, Nagita, dan Charisma gambar itu cukup mengerikan. “Tidak ada yang tabu perihal edukasi seks. Itu adalah pengetahuan yang harus tetap disampaikan dan diketahui khalayak umum,” tutur Olivia.
“Masih banyak orang menganggap edukasi seks adalah hal yang tabu. Ketidaktahuan dan keengganan masyarakat belajar seks yang memicu banyak korban pengidap penyakit kelamin karena masyarakat terlambat menyadari gejala atau bahaya penyakit tersebut,” terang Olivia.
Novi Tamara, salah seorang peserta Seminar Nasional asal STIKU Cirebon mengatakan, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya edukasi seks sangat rendah. Ia berharap sebagai mahasiswi keperawatan bisa mengubah pola pikir masyarakat terhadap edukasi seks yang dianggap tabu.
“Tema yang diangkat seminar nasional kesehatan ini cukup menarik karena masih diperbincangkan banyak orang,” kata Aufiena, salah seorang panitia. Aufiena dan panitia berpikir bahwa edukasi seks serta gizi kesehatan remaja harus disampaikan kepada khalayak umum agar tidak ada lagi kesalahpahaman berkait seks. [Khansa, Lala]