Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Laporan Utama Uncategorized

Aksi Tolak SPI, “Mahasiswa Unnes Bukan Anak Mami”

Demonstrasi Unnes Tolak SPI
Mahasiswa merangsek masuk Rektorat Unnes. [Doc.BP2M/Mia]
“Pak ayo pak
kita main dorong-dorongan/ Pak ayo pak kita main dorong-dorongan/ Daripada
dorong beneran, pikiran mumet enggak karuan/ Belum didorong, SPI naik duluan.”
Lirik syair provokatif kencang dilantunkan mahasiswa,
dipandu oleh Rama Tantowijaya.

 
BP2M – Matahari
bersinar terik sekali. Pagi yang cerah menunjukkan pukul 09.10 WIB. Lapangan Rektorat
Universitas Negeri Semarang (Unnes) dipadati mahasiswa yang mengenakan jas
kuning almamater kampus konservasi dengan membawa beragam atribut dan poster bertuliskan #TolakSPI. Ribuan mahasiswa yang menamai diri sebagai Aliansi
Mahasiswa Unnes Bersatu berduyun-duyun mendatangi rektorat untuk melakukan aksi
damai guna memperjuangkan tuntutan penarikan Sumbangan Pengembangan
Institusi (SPI) kepada mahasiswa baru 2016 yang masuk melalui jalur ujian
mandiri.

Aksi
tersebut disambut baik oleh berbagai pihak, baik pihak rektorat maupun petugas keamanan
yang bertugas mengamankan aksi tersebut. Rektorat menyambut baik kedatangan
mahasiswa dengan memasang spanduk yang bertuliskan “Selamat Datang Mahasiswa. Sampaikan
Aspirasi, Damai Berdemokrasi”. Sambutan baik juga disampaikan oleh Sigit Fendi,
Binmas Polsek Gunungpati yang tidak berkeberatan dengan adanya demontrasi
mahasiswa. “Yang penting damai,” tuturnya.
Salah
seorang koordinator lapangan yang enggan disebut namanya, mengatakan jumlah
peserta aksi lebih dari ribuan mahasiswa yang berasal dari delapan fakultas di
Unnes. Orator pun silih berganti menyampaikan tuntutan serta aspirasi di atas
mobil bak terbuka dan didengarkan oleh ribuan mahasiswa dan pejabat kampus yang
hadir di lokasi.
Massa aksi
ditemui oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Wakil Rektor Administrasi Umum
karena Fathur Rokhman, Rektor Unnes sedang tidak berada di Unnes. “Rektor
sedang berkunjung ke Ende, Nusa Tenggara Timur,” kata S. Martono, Wakil Rektor
Bidang Administrasi Umum.
Martono juga
naik ke mobil bak terbuka untuk memberikan sambutan kepada mahasiswa dan mendengarkan
orasi dari mahasiswa, bahkan pada kesempatan itu Martono diminta untuk membacakan
sendiri tuntutan mahasiswa yang tertulis di press
release
. Martono memenuhi permintaan mahasiswa dan membaca dengan mantap. Ada tiga tuntutan Aliansi Mahasiswa Unnes Bersatu. 

Pertama, menolak
diberlakukannya SPI atau pungutan lain selain UKT di Universitas Negeri
Semarang. Kedua, menolak biaya kuliah yang tinggi dan tak terjangkau rakyat
miskin. Ketiga, menuntut pihak birokrat Unnes untuk menjalankan amanat UUD
1945.

Dalam aksi tersebut, beberapa keputusan dihasilkan. Pertama, penghapusan
postingan Biaya Pengembangan Mutu dan Prestasi Kemahasiswaan (BPMPK) dari laman
unnes.ac.id pada hari ini, Kamis
(26/05/2016). Kedua, dihapusnya borang pengisian pilihan kategori BPMPK pada
form pendaftaran SPMU Unnes. Ketiga, akan membawa tuntutan dan aspirasi
mahasiswa pada rapat rektor bersama senat. Keempat, pengumuman ada tidaknya
SPI/BPMPK pada hari Senin (30/05/2016).
Perlahan,
kisaran pukul 11.00 WIB, mahasiswa maju merangsek hingga lobi rektorat, sambil
terus mengancam akan masuk gedung jika tuntutan tidak dipenuhi. Satpam
tampak terdiam dan terkesan memberi jalan bagi demonstran. Namun, langkah masuk ke gedung terhenti. Pasalnya, Akhmad Fauzi mengambil alih pengeras suara dan memberikan pengumuman. “Mohon perhatian semua.
Pengumuman bahwa BPMPK di situs penerimaan.unnes.ac.id sudah dihapus!” ungkapnya.
Merasa
tuntutan sudah terpenuhi, aksi demonstrasi mencapai klimaksnya.
Beberapa menit kemudian, demonstran membubarkan diri, dengan rapi sambil
membersihkan sampah bekas demonstrasi yang berserakan di lapangan.
Tim bp2munnes.org
mendekati salah seorang anggota yang turut dilibatkan untuk mengamankan
aksi untuk mendengar perspektifnya. Serda Prayitno namanya. Dia terkesan, aksi
ini relatif teratur dan damai. 

“Aksi ini positif,” tanggapnya, “supaya mahasiswa enggak kayak
anak mami.” [Teguh]

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *