Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Uncategorized

Salah Masuk

Oleh Fajar Tri Setiawan, Pemimpin
Perusahaan BP2M 2014

“Maaf ini mata kuliah apa, ya?”
“Ini kelas Kalkulus, mas.”
“Waduh, bukan kelas Geometri Analitik, ya?”
“Bukan, mas.”
“Maaf. Sepertinya saya salah masuk kelas.
He-he.”
Karena malu saya pun keluar ruangan. Itulah
kejadian yang saya alami pada salah satu mata kuliah yang saya ikuti.
Salah masuk, mungkin sebagian dari kita pernah
mengalami. Tak hanya mahasiswa, namun dosen juga beberapa kali pernah salah
masuk ruang kuliah. Sialnya, jika sudah bangun kesiangan dan mau ujian, eh
ternyata salah masuk ruang. Rasanya pasti malu setengah mati. He-he.
Salah masuk sepertinya terjadi tidak hanya salah
masuk kelas saja. Salah masuk kamar mandi, salah masuk organisasi, lebih parah
salah masuk jurusan. Pertaruhannya masa depan, cuy. Karena yang namanya salah
akan berakhir pada hal yang tidak mengenakkan dan berakhir malu.
Misalnya, kita salah masuk organisasi yang tidak
sesuai dengan kemampuan kita. Hal itu pasti akan terasa susah ketika
mengikutinya. Tak hanya itu, kuliah kita pun akan terganggu dan potensi diri
kita pun tak akan berkembang. Nah, biasanya pas baru-baru jadi mahasiswa -ini
ndak semua lho- memilih organisasi hanya ikut-ikutan teman, tanpa memikirkan
apa sebenarnya minat mereka.
Akhirnya mereka tak sungguh-sungguh dalam
menjalani organisasi yang dipilih sendiri. Ada yang memilih pura-pura
menghilang, ada yang memilih bersikap cuek, ada yang memilih bermasalan ketika
menjalani tugas organisasi yang diberikan.
Bahkan akibatnya, organisasi yang diikuti pun
kena imbas, misalkan; program-program kerja sulit direalisasikan atau tidak
bisa jalan sama sekali. Itu disebabkan oleh banyak anggota yang (mungkin) salah
memilih organisasi.
Sama halnya dengan salah masuk jurusan kuliah
yang diambil. Pada akhirnya banyak teman-teman kita yang salah memilih program
studi mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan. Kemungkinan saat memilih
prodi disebabkan karena gengsi, hanya ingin kuliah, atau hanya demi membahagiakan
orang tua.
Walau memang yang terjadi seperti itu, jika
semua itu dijalani dengan sepenuh hati pasti akan mendapati kesuksesan di
akhir. Akan tetapi, jika sebaliknya maka tidak ada hal yang akan diraih. Malah
hanya menebalkan sikap apatis. Nah, apakah kita sudah yakin tidak salah masuk?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *