Sepercik Darah Perjuangan
Oleh: Wiyar Ageng Mahanani Senja telah pergi dan malam semakin larut. Sayup-sayup terdengar suara denging binatang malam kecil yang menyertai kepergian Kus, temanku yang baru saja ditembak mati. Nyawanya melayang sia-sia di tangan Meneer yang haus darah, sudah bukan hal baru lagi jika salah satu dari kami harus mengorbankan nyawanya untuk dijadikan sasaran latihan menembak