Euforia Musik Jamaica
Uncategorized

Euforia Musik Jamaica

Oleh: Siti Fatimah
Sorot lampu yang memancar gemerlap dari panggung utama semakin menyemarakkan alunan musik reage. Perpaduan gitar, drum, bass, saxophone, terompet dan piano membuat penonton bersenandung ria. Mereka juga tak segan menggerakkan tubuh sesuai irama musik yang mengiringi.
Bagi
penikmat musik bergenre Jamaican, nama Souljah sudah tak asing
lagi. Beberapa tembang hits-nya seperti “Ku ingin kau mati saja” dan “Satu
Frekuensi“ sempat mewarnai Panggung Gebyar Musik Budaya, Sabtu (22/6).
Euforia
penonton semakin terasa saat Band asal Bekasi itu mulai menaiki panggung.
Meski penonton sempat menunggu lebih kurang lima jam, ternyata tak menyurutkan semangat para Bradder Souljah
yang datang ke Lab. Fakultas Ilmu Keolahragaan Unnes. Bradder Souljah merupakan
sebutan untuk fans Band Indie tersebut.
Suara sang vokalis, Danar, tersaingi suara
audience yang ikut bernyanyi bersama. Seolah tak mau kalau dengan penonton, tamu undangan, panitia, dan
bintang tamu, Dekan Fakultas Teknik Muhammad Harlanu ikut bergoyang di sebelah
kanan panggung. Semua tumpah ruah dengan balutan lagu dari bintang tamu utama.
Selain
Souljah, beberapa Band Indie lain juga unjuk kepiawannya dalam bermain musik.
Mereka menciptakan harmonisani yang beragam namun tetap asyik untuk menggoyangkan
badan. Beberapa di antaranya adalah Sanskerta, Serempet Gudal, Ras Tamasya,
Fredy Marley dan lain-lain.
Penampilan Unik
Sanskerta
Ethnic Fusion yang kebagian tampil di awal acara membawakan beberapa lagu ala
Jawa Timur-an. Sang Vokalis memakai Jas semi Jubah berwarna cokelat. mengenakan
Ikat kepala bercorak dan topi mirip tompi menampilkan keunikannya. Mereka juga
membawa alat musik tradisioanal, seperti gendang, suling dan beberapa lainnya.
Lagu
yang dipadupadankan dengan cerita wayang Ramayana dan musik yang bergenre Jazz Fusion cukup membuat suasana
seperti sedang menonton wayang. “Konsepnya sederhana sih, pelestarian budaya,”
kata Ian sang gitaris. “Unnes luar biasa antusiasmenya, kami baru pertama kali
manggung di Semarang” lanjutnya.
Ini
juga pertama kali Grup mereka tampil di kampus, “Seringnya sih manggung di cafe ning Jawa timur,” tambahnya sambil
terkekeh ketika ditemui selepas turun dari panggung. Tak hanya Sanskerta saja
yang berpenampilan unik, Serempet Gudal juga menampilkan Ke-Gundalannya. Salah
satu vokalisnya tampil tanpa mengenakan baju, hanya dengan lajing dan rok mini bercorak loreng.  Gitaris, Bassis dan lainnya pun tak jauh
berbeda dengan gaya si Vokalis.
Acara
yang diselenggarakan BEM FT ini merupakan penutup dari serangkaian acara Gebyar
Teknik Terpadu. GTT telah berlangsung kurang lebih tiga bulan. Tepatnya di
mulai sejak bulan April lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *