Uncategorized

Penanaman Kakarter tak Instan

Erman dari jurusan PKN Unnes sedang presentasi, Minggu (16/11)

Karakter
merupakan sifat kejiwaan yang membedakan antara orang satu dengan yang lain. Karakter
tidak muncul sendiri, tetapi harus dibangun dan dikembangkan melalui proses
yang tidak instan. Lanjut Maria Ulfa, ketua pelaksana Lomba Essay Mahasiswa
Bidikmisi Tingkat Regional Jateng-DIY dalam serangkaian acara Semarak
Bidikmisi, Minggu (16/11) menyebutkan bahwa tema “Membentuk Generasi Muda
Berkarakter” diambil sebagai wadah pemuda menuangkan gagasan atau ide-idenya
mengenai penanaman dan pembentukan karakter.

Dewan
juri dalam lomba esai tersebut Dyah Prabaningrum Dosen Bahasa dan Sastra 
Indonesia dan Dewi Maghfiroh anggota Badan Penerbitan dan Pers Mahasiswa
(BP2M). Dyah Prabaningrum mengatakan, apabila melihat realita kehidupan
terdapat indikator-indikator yang mengarahkan persepsi bahwa karakter pemuda
Indonesia mulai luntur. Paling tidak ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh
mahasiswa, lanjut Dyah, karakter tersebut adalah religius, akademis, dan
humanitas. Tiga karakter tersebut diharapkan dapat membentuk generasi emas
Indonesia.
“Tidak
jarang ketika saya mengajar, ada beberapa mahasiswa yang lebih senang menggunakan
gadget dibandingkan mendengarkan
kuliah. Seringkali dalam diskusi pun, lebih banyak pasifnya. Padahal diskusi
merupakan wadah untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang baik,” tuturmya. Dyah
menyarankan diskusi diawali dengan promosi yang gencar. Kuantitas harus
didahulukan agar menjaring sebanyak-banyaknya peserta. “Setiap pembahasan dalam
diskusi memunculkan paradigma-paradigma baru. Nah, paradigma itulah yang
digunakan sebagai bahan renungan untuk memantapkan nilai-nilai,” jelas Dyah.
Sepuluh
peserta yang berasal dari Unnes, UGM, UNY, Undip, dan UMY mempresentasikan
gagasannya masing-masing. Salah satu peserta lomba dari Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Indin Rarasati prihatin melihat pemuda Indonesia
sekarang. “Pergaulan bebas, korupsi, dan tidak malu berbuat salah. Itu bukan
karakter yang baik.” Indin mempunyai gagasan untuk menanamkan karakter Pramuka.
“Sepuluh
Dasa Dharma Pramuka mengatur tingkah laku baik terhadap sesama manusia, alam,
maupun Tuhan.” Menurut Indin Dasa Dharma tidak perlu dihafalkan, tetapi
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang dimulai diri sendiri, misalnya,
tidak membuang sampah sembarangan, toleransi, dan gemar berdiskusi. Jika Indin
berpegang teguh untuk menanamkan nilai-nilai Dasa Dharma,  Erman Istanto mahasiswa jurusan Politik dan
Kewarganegaraan Unnes berpandangan sudah semestinya pemuda Indonesia menanamkan
karakter Pancasila.
Setelah
sepuluh peserta mempresentasikan esainya, Himas Nur Rahmawati dari Unnes yang
mengangkat judul “Generasi Kekinian: Antara Media, Ruang Pendidikan, dan
Karakter Kebangsaan” keluar sebagai juara I. Juara II dan juara III
masing-masing Raras Handayaningtyas dari UGM dan Sarah Sekar Langit dari UNY. Susi

Comment here