Spanduk bertuliskan “mohon maaf atas ketidaknyamanan, saat ini sedang berlangsung pekerjaan pengembangan universitas” terpancang di lima titik di kawasan kampus Unnes. Titik pembangunan tersebut adalah sekitar gerbang utama sampai taman tugu sutera, depan Rumah Ilmu Unnes, sebelah musala rektorat, belakang Gedung BPTIK, dan sebagian selokan di kampus barat.
Saat Tim Linikampus berkeliling untuk melihat proses pembangunan (28/10), kendaraan berat terlihat mengeruk tanah di lahan sebelah musala rektorat. Lahan yang rencananya akan dibangun Gedung IT tersebut sudah ditutupi dengan pagar seng. Sementara itu taman yang memisahkan jalan masuk dan keluar dari gerbang utama saat itu sedang dilakukan pemerataan tanah untuk kemudian dilapisi dengan semen. Di sana akan dibangun sarana untuk pejalan kaki dan kaum difabilitas.
Agus, salah satu pekerja yang bertugas di kawasan gerbang utama menuturkan bahwa target pembangunan selesai adalah akhir tahun. Sementara informasi yang diutarakan Doni, mandor pembangunan gedung IT, pembangunan ditargetkan selesai dalam waktu 3-4 bulan ke depan.
Kami melakukan konfirmasi ke Untoro Nugroho, Kepala Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ) Unnes (31/10). Saat itu kami diperlihatkan desain pembangunan di Unnes. Pembangunan ini merupakan tindak lanjut dari masterplan Unnes.
“Kita itu secara kelembagaan tidak boleh secara tiba-tiba ada program, kita itu tergantung dari program jangka menengah dan jangka panjang, kemudian kita detailkan pada program jangka pendek. Semua itu udah di masterplan kita,” ujar Untoro.
Realisasi Masterplan Unnes ditargetkan rampung pada tahun 2041. Namun ada kemungkinan revisi dengan adanya perubahan rencana strategi (renstra) bisnis Unnes mulai tahun 2020, maka akan ada penyesuaian utamanya penyesuaian dengan renstra kementrian.
Untoro mengatakan konsep keseluruhan pembangunan memiliki dua tujuan, yaitu konservasi dan internasionalisasi. Perencanaan konstruksi pembangunan dirancang oleh ahli struktur dan landscape (sipil dan arsitektur), biasanya antara pradesain sampai pembangunan membutuhkan waktu 2-3 tahun, kecuali perencanaan untuk renovasi.
“Intinya kita 2, konservasi dan internasionalisasi. Sementara kita dorong untuk konservasi,” ujar Untoro sambil memperlihatkan rancangan pembangunan yang tercetak di kertas.
Kawasan gerbang utama akan dibuat sebagai tempat yang ramah pejalan kaki, bagian tengah jalan utama pejalan kaki. Sementara itu, di bagian pinggirnya akan dibangun peneduh dan ditanami pohon. Selain itu bagian depan gerbang depan utama juga akan dirombak, namun pembangunannya belum direalisasikan tahun ini.
Selain gerbang utama, titik pembangunan lain adalah di depan Rumah Ilmu Unnes, yaitu penambahan jalan dan perbaikan. Sementara itu pembangunan gedung IT dimaksudkan untuk memberikan pelayanan lebih baik untuk masyarakat.
Pembangunan Unnes di sepanjang jalan kampus. [Doc.BP2M Unnes/Izha]
Pembangunan Unnes digarap oleh lebih dari dua PT yang merupakan hasil dari pelelangan tender Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). PT tersebut antara lain PT WKP Telogosari Semarang untuk bagian pembangunan depan Rumah Ilmu, PT Galatama untuk pembangunan gedung IT, dan PT Berkibar Bersama Bendera (B3) untuk pembangunan sekitar gerbang utama.
Untoro menyampaikan bahwa pendanaan operasional pendidikan sebagian besar berasal dari APBN. Sementara PNBP dipakai untuk melengkapi kekurangannya dan sebagian untuk pembangunan fisik kampus.
Terkait dengan nilai konservasi mengenai pohon-pohon yang ditebang, Untoro menyampaikan bahwa setiap satu pohon yang ditebang akan dilakukan penanaman lima pohon ditempat berbeda. Penentuan teknis penanaman diserahkan kepada bagian konservasi.
Menanggapi pembangunan yang sedang berlangsung di Unnes, Saiful Muhjab, Presiden Mahasiswa Unnes menyampaikan bahwa apabila memang Unnes memiliki masterplan yang relevan maka itu tidak menjadi masalah.
“Selama pembangunan ini arahnya jelas arahnya kemana tanpa menghilangkan makna atau substansi sebagai kampus konservasi nggak jadi masalah. Tapi kalau sampai menghilangkan isi atau substansi sebagai kampus konservasi, itu yang jadi masalah,” tutur Saiful.
Sementa itu, Frans Napitu, mahasiswa Fakultas Hukum Unnes memberikan tanggapan terhadap pembangunan yang sedang berlangsung di Unnes. Menurutnya Unnes harus mulai melibatkan mahasiswa dalam pembangunan kampus.
“Mahasiswa kan merasakan dampaknya. Selayaknya mahasiswa dilibatkan dalam proses pembangunan dan perencanaan. Mahasiswa merupakan bentuk pengawalan,” ujaf Frans.
Rencananya BEM KM akan segera mengangkat masalah pembangunan dan isu-isu kampus ke dalam forum diskusi terbuka dan saat ini sedang dilakukan pengumpulan data.
Reporter : Amilia Buana D.I., Rona Ayu M., Diki M., Nurul Izha R.,
Editor : Afsana Maulida