Pentas Percobaan- Teater SS menggelar pentas percobaan di area parkir depan Gedung UKM Pusat, Sabtu (26/4). Pentas ini akan diselenggarakan di SMA Sultan Agung Semarang, Sabtu (3/5) /Dok. SS. |
“Bagaimana ini Pak? Anak kita jadi bisu begini?” tanya
seorang Ibu (Rina) yang gelisah melihat
keadaan anaknya.
seorang Ibu (Rina) yang gelisah melihat
keadaan anaknya.
“Bersihkan hatinya, dengarkan cita-cintanya jangan
memaksakan kehendak!” nasehat Pak Dukun (Wildan).
memaksakan kehendak!” nasehat Pak Dukun (Wildan).
“Anak kita sebenarnya bukan anak kita. Mereka adalah anak
jaman, anak yang sensuai dengan jamannya. Peran kita adalah membimbingnya bukan
mencetaknya,” tambah Pak Dukun.
jaman, anak yang sensuai dengan jamannya. Peran kita adalah membimbingnya bukan
mencetaknya,” tambah Pak Dukun.
Begitulah salah satu dialog ketika seorang Ibu gelisah
karena anaknya yang tiba-tiba bisu setelah mendengar rencana perjodohan anaknya
dengan lelaki pillihannya. Ia mencoba mencari tahu sebab dan obat yang bisa
menyembuhkan anaknya. Ternyata usut punya usut, anaknya menjadi bisu karena
terkejut atas kebar perjodohannya.
karena anaknya yang tiba-tiba bisu setelah mendengar rencana perjodohan anaknya
dengan lelaki pillihannya. Ia mencoba mencari tahu sebab dan obat yang bisa
menyembuhkan anaknya. Ternyata usut punya usut, anaknya menjadi bisu karena
terkejut atas kebar perjodohannya.
Percakapan tersebut merupakan salah satu adegan dalam pentas
percobaan Teater SS di area parkir depan gedung UKM Pusat Unnes,
Sabtu (26/4). Menurut Ketua UKM Teater SS Syarif Hidayat, pentas percobaan
tersebut merupakan persiapan pentas Teater SS di SMA 1 Sultan Agung Semarang
yang diagendakan pentas minggu depan
pada Sabtu (3/5).
percobaan Teater SS di area parkir depan gedung UKM Pusat Unnes,
Sabtu (26/4). Menurut Ketua UKM Teater SS Syarif Hidayat, pentas percobaan
tersebut merupakan persiapan pentas Teater SS di SMA 1 Sultan Agung Semarang
yang diagendakan pentas minggu depan
pada Sabtu (3/5).
Rio Pambudi selaku
sutradara pentas yang diambil dari naskah drama “Dukun-dukunan” karya Moliere
yang diadaptasi oleh Puthut Buchori mengungkapkan,
perlu pendalaman karakter oleh para aktor pada setiap penokohan. Pentas ini di
bintangi oleh Rina,Yoga, Risma, Lely, Iin, Rahma, Vina,dan Kiwil. (Marfuah)
sutradara pentas yang diambil dari naskah drama “Dukun-dukunan” karya Moliere
yang diadaptasi oleh Puthut Buchori mengungkapkan,
perlu pendalaman karakter oleh para aktor pada setiap penokohan. Pentas ini di
bintangi oleh Rina,Yoga, Risma, Lely, Iin, Rahma, Vina,dan Kiwil. (Marfuah)