Survei Sikap Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Terhadap Aksi Demonstrasi
Opini Uncategorized

Jangan Perpanjang Barisan Perbudakan

 

Pemecahan Rekor Muri Buka Akun Saham di Auditorium Unnes. [Doc. BP2M]
Oleh: Laksa Tiar EP

Senin, 14 Maret 2016
yang lalu, semua Ketua Lembaga Kemahasiswaan dan BSO Fakultas Ekonomi diinstruksikan
berkumpul oleh Ketua Lembaga Eksekutif tertinggi di Fakultas itu dengan maksud membahas
kebijakan birokrat. Perwakilan birokrat menginstruksikan semua mahasiswa
fakultas tersebut yang mendapatkan beasiswa bidik misi memindah bukukan dana
pencairan uang beasiswa sebesar seratus ribu rupiah untuk investasi saham. Hal
ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pemecahan rekor MURI. 

Kegiatan pemecahan rekor MURI itu bisa dikatakan prematur, sebab dalam jangka
waktu yang tidak cukup lama dan sosialisasi yang tidak begitu gencar, terkumpul
mahasiswa yang katanya berminat untuk berinvestasi. Mahasiswa penerima beasiswa
bidik misi diwajibkan untuk berinvestasi. Akibatnya, banyak mahasiswa
mengeluhkan kebijakan tersebut.
Mahasiswa dijadikan
basis massa kegiatan pemecahan rekor MURI yang barangkali demi kepentingan
fakultas semata. Mahasiswa dirampas hak untuk memilih berpartisipasi atau tidak
dalam suatu kegiatan. Ditambah lagi, pengambilan keputusan sepihak dari birokrat
tentang pemindahbukuan dana pencairan beasiswa.
Hal ini yang menjadi
bahan diskusi semua ketua organisasi di fakultas biru. Dari hasil diskusi
tersebut, mereka bersepakat mengonfirmasi keputusan sepihak tersebut melalui Ketua
Lembaga Eksekutif Fakultas itu terkait pemindahbukuan dana beasiswa untuk
investasi saham. Tanggapan yang muncul dari lembaga eksekutif fakultas tersebut
adalah birokrat akan melakukan pencerdasan dan pendampingan terhadap mahasiswa
yang berminat melanjutkan investasi.
Perlu diperhatikan
adalah mengenai niat awal dari kegiatan investasi saham adalah “ambisi”
fakultas untuk memecahkan rekor MURI yang memanfaatkan mahasiswa penerima
beasiswa sebagai basis massa. Dari niat awal kegiatan ini saja sudah terlihat
ada yang dipaksakan. Sementara rencana ke depan mengenai risiko akun saham yang
sudah dibuka pun tidak jelas. Pencerdasan dan pendampingan tentang keberlanjutan
kegiatan itu pun terkesan baru terpikirkan setelah birokrat “terlihat” panik ketika
perwakilan mahasiswa menanyakan perihal akan ada kerugian besar jika akun yang
sudah dibuka oleh mahasiswa terbengkalai begitu saja.
Idealisme mahasiswa
dalam ancaman. Pencerdasan mengenai sejauh mana birokrat boleh menjamah
aktivitas mahasiswa tidak begitu jelas. Sebagian dari mahasiswa belum sadar
akan hal ini. Terkadang kita dijadikan alat pencitraan. Untuk seluruh mahasiswa
yang memang merasa kebebasan kalian dalam ancaman dan dikekang dengan segala
kegiatan dari birokrat yang “memaksa” dan mewajibkan untuk ikut serta,
sedangkan kalian tidak tahu kejelasan kegiatan itu. Ayo bersuara! Jangan penjarakan
suaramu. Jika kau terus bersembunyi di balik ketakutan, kau hanya akan
memperpanjang barisan perbudakan.

 *Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan

    7 Comments

    • arlin effect Mei 4, 2016

      Adanya usaha penyelewengan dana dan memanfaatkan jabatan sudah jelas. Lanjutkan berjuang dan jangan ragu. kumpulkan terus amunisi dan terus bersuara.

    • Anonymous Mei 4, 2016

      Saya salut buat mahasiswa ini,, jarang era sekarang masih ada mahasiswa yg berani mengambil resiko seperti ini, Walaupun itu untuk kebaikan kemaslahatan kalayak banyak. Saya sebagai senior ulung mendukung langkah mu, klo ada apa-apa dengan mu, saya siap membela mu. Pegang terus idealisme. Idealisme adalah kemewahan terakhir yg dimiliki pemuda.
      Seharusnya, birokrat yg baik dan sehat itu tidak anti kritik. Pencitran itu nomor sekian, tp kemaslahatan bersama itu yg utama.
      Maju terus pantang mundur, negeri ini butuh orang2 seperti mu.

    • halah berlebihan… harusnya bisa bersyukur bisa kuliah gratisan, gak bayar. banyak yang pengin sekolah gratis tapi gak bisa. tidak tahu terima kasih, disuruh ikut acara saja tidak mau…

      • LAILINA ZULFA Mei 5, 2016

        bukan seperti itu, yang menjadi permasalahan adalah ketika sebuah kegiatan di berlakukan tanpa adanya ketidak jelasan bagaimana kedepannya.
        Harusnya, akan lebih baik jika ada sosialisasi dan di REMBUG bareng-bareng. Jadi kedua belah pihak (birokrat dan mahasiswa)bisa sama-sama menerima.

    • ayu april Mei 5, 2016

      "kewajiban" atau lebih tepatnya "tuntutan" untuk mahasiswa bidikmisi itu bisa dilihat dari dua sudut pandang. mahasiswa bm yang aktif pasti dapat memanfaatkan peluang dari kewajiban yang ditentukan birokrat karena saya yakin tujuan dari kewajiban ini sebenarnya sangat menguntungkan mahasiswa. Kecuali pada mahasiswa yang pasif, akan membuat seolah-olah kewajiban ini menyengsarakan mereka. Seandainya kita bisa memndang dari sudut pandang yang positif, mahasiswa bm sangat dispesialkan disini bahkan sangat diperhatikan oleh birokrat tapi sayangnya kewajiban kita mahasiswa bm belum diimbangi dengan hak kita untuk mendapat kejelasan yang jelas serta edukasi yang tepat demi kelangsungan kewajiban tersebut.

    • rizqi Mei 5, 2016

      Kalau cuma ikut acara ya gk mgkin jd kyk gini, itu mahasiswanya dipaksa utk investasi menggunakan sebagian uang bm.

      Lagian yg ngasih beasiswa pemerintah bukan kampus, kampus hanya mengupayakan.

    • sayfule anware Mei 26, 2016

      keren ya.. semoga nanti kalau sudah masuk dunia pasca mahasiswa bisa mempertahankan idealismenya. semoga.

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *