Audiensi mahasiswa FE dengan birokrat. |
BP2M – Proses mediasi terkait tulisan
Laksa Tiar EP mahasiswa Ekonomi Pembangunan yang memuat kritik tentang program
Yuk Nabung Saham (YNS) (Lihat opini Laksa di sini) berlanjut ke meja audiensi. Saat audiensi berlangsung di
gedung C6 pada Rabu (4/5), Ikhya Ulumuddin menanyakan
tentang rencana progam YNS yang terkesan
tergesa-gesa dan tidak ada kejelasan perencanaannya baik jangka menengah maupun
jangka pendek.
Laksa Tiar EP mahasiswa Ekonomi Pembangunan yang memuat kritik tentang program
Yuk Nabung Saham (YNS) (Lihat opini Laksa di sini) berlanjut ke meja audiensi. Saat audiensi berlangsung di
gedung C6 pada Rabu (4/5), Ikhya Ulumuddin menanyakan
tentang rencana progam YNS yang terkesan
tergesa-gesa dan tidak ada kejelasan perencanaannya baik jangka menengah maupun
jangka pendek.
Program YNS menurut
Wahyono, Dekan FE, dijadikan sebagai program unggulan. Dia membantah jika YNS
dirancang tergesa-gesa hanya demi memecahkan rekor muri semata. “Program ini
sudah ada sejak tahun lalu. Berawal dari program Gerakan Nasional Cinta (Genta) Pasar
Modal yang kemudian diganti dengan Yuk Nabung Saham,” terang Wahyono. Tujuan diselenggarakannya YNS
adalah untuk mengedukasi mahasiswa agar dapat berkarir di pasar modal.
Wahyono, Dekan FE, dijadikan sebagai program unggulan. Dia membantah jika YNS
dirancang tergesa-gesa hanya demi memecahkan rekor muri semata. “Program ini
sudah ada sejak tahun lalu. Berawal dari program Gerakan Nasional Cinta (Genta) Pasar
Modal yang kemudian diganti dengan Yuk Nabung Saham,” terang Wahyono. Tujuan diselenggarakannya YNS
adalah untuk mengedukasi mahasiswa agar dapat berkarir di pasar modal.
Kekurangan dari
progam YNS disadari Wahyono belum adanya sosialisasi mendetail sehingga
memunculkan kesalahpahaman antara birokrat sebagai penyelenggara dengan
mahasiswa. Mahasiswa merasa terpaksa mengikuti program tersebut karena
instruksi diwajibkan. “Nantinya ini akan menjadi bahan evaluasi internal,” ucap
Wahyono.
progam YNS disadari Wahyono belum adanya sosialisasi mendetail sehingga
memunculkan kesalahpahaman antara birokrat sebagai penyelenggara dengan
mahasiswa. Mahasiswa merasa terpaksa mengikuti program tersebut karena
instruksi diwajibkan. “Nantinya ini akan menjadi bahan evaluasi internal,” ucap
Wahyono.
Wahyono membandingkan
dengan alumni yang sudah bisa berkarir di pasar modal dan berpenghasilan lumayan serta
ada mahasiswa yang bisa menggunakan penghasilan tersebut untuk membiayai
kuliahnya. “Ini tentunya baik untuk mahasiswa bidikmisi dan mahasiswa lainnya
agar dapat memanfaatkan peluang,” kata Wahyono. Tidak hanya Galeri Pasar Modal,
FE juga sudah merencanakan laboratorium perbankan yang bekerjasama dengan BNI.
“Semestinya FE tidak kalah dengan fakultas lain. Progam ini sudah semestinya
untuk diaplikasika,” terang Wahyono. [Nida]
dengan alumni yang sudah bisa berkarir di pasar modal dan berpenghasilan lumayan serta
ada mahasiswa yang bisa menggunakan penghasilan tersebut untuk membiayai
kuliahnya. “Ini tentunya baik untuk mahasiswa bidikmisi dan mahasiswa lainnya
agar dapat memanfaatkan peluang,” kata Wahyono. Tidak hanya Galeri Pasar Modal,
FE juga sudah merencanakan laboratorium perbankan yang bekerjasama dengan BNI.
“Semestinya FE tidak kalah dengan fakultas lain. Progam ini sudah semestinya
untuk diaplikasika,” terang Wahyono. [Nida]
Baca juga: Mahasiswa Tolak Pembungkaman