Oleh : Doni Darmawan
“Wanita tanpa kosmetik bagaikan sayur tanpa garam”- Titus Maccius Plautus
Kosmetik menurut penuturan Food and Drug, badan yang mengatur industri kosmetik di Amerika Serikat, adalah produk yang digunakan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik, mempromosikan daya tarik, atau mengubah penampilan tanpa memengaruhi struktur atau fungsi tubuh. Istilah kosmetik berasal dari bahasa Yunani yakni “kosmetikos” yang berarti kecakapan dalam menghias. Kata kosmetikos sendiri tercipta dari kata “kosmos” yang merujuk kepada keteraturan dan harmoni dari seluruh alam semesta.
Dari kedua penuturan tersebut, terlihat bahwa kosmetik sendiri sangat dekat dengan pengertian kepada sesuatu yang diletakkan pada anggota tubuh guna menciptakan sebuah keharmonisasian tubuh, yang berarti sudah sedikit melenceng dari tujuan awal penggunaan sebuah kosmetik tersebut. Kosmetik pada zaman mesir kuno digunakan untuk ritual agama dan meningkatkan kesehatan, lalu di China kosmetik digunakan untuk mewakili tingkatan sosial tertentu dengan mewarnai kuku dan pada abad ke-2 Masehi, di Roma kosmetik sudah mulai dikenal untuk menutupi kekurangan.
Pada saat ini siapa yang tidak ingin kekurangannya tertutupi atau malah hilang dan memancarkan keindahan? Pasti menyenangkan memiliki aroma yang sangat sedap untuk dihirup. Semua orang pasti menginginkannya, tak terkecuali dari mahasiswa sendiri terutama para mahasiswi. Dengan keindahan kita mendapatkan respon positif sekaligus menarik perhatian dari orang-orang sekitar. Akhir-akhir ini, saya mengamati ternyata mahasiswa dan mahasiswi banyak yang mengenakan perhiasan berlebihan hingga mengganggu mata, maupun menggunakan parfum yang dapat tercium dari jarak yang lumayan jauh. Tentu hal ini mengganggu kegiatan utama mahasiswa untuk mencari ilmu.
Gaya Hidup Konsumtif Mahasiswa
Gaya hidup konsumtif diakibatkan oleh mahasiswa yang memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi dari mayoritas mahasiswa lain. Dimana cara berpakaian, bersosialisasi, dan berkegiatan lainnya dari mahasiswa tersebut karena dianggap lebih keren, modern, dan up-to-date. Sebelum terjadi gaya hidup konsumtif, mahasiswa hanya mengonsumsi barang yang dibutuhkan dan konsumsi yang cukup, apalagi mahasiswa biasa digambarkan dengan cara hidup pengiritan. Pastilah pada zaman dulu, mahasiswi tidak akan meributkan bedak yang berharga Rp. 50.000,00- dengan yang berharga Rp 500.000,00- ataupun lipstik berwarna Warm Red, Red Velvet, ataupun Deep Red yang masih saya sebut itu sebagai “lisptik merah”. Untuk mahasiswa laki-laki pun tidak kalah, mereka menggunakan gelang tangan bagaikan sedang menyiksa seluruh lengan nya dengan menggunakan gelang sampai siku.
Tentu tidak ada salahnya bagi para mahasiswa dan mahasiswi untuk berdandan saat kuliah, apalagi dengan mindset orang tua sekarang yang ingin cepat-cepat melihat anaknya membawa calon menantu pada saat liburan. Tetapi kalau diturut dari tujuan awal kosmetik sendiri, yaitu sebagai alat kesehatan maka janganlah menggunakannya secara berlebihan karena muka dan tubuh kita bukan penyakit kan?
*Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris 2016