Mohammad Fajar Ahsanul Hakim sedang berada di dalam ruangan toko buku Ruang Semesta [Doc.Pribadi]
|
Berawal dari rasa ingin membantu, Mohammad Fajar Ahsanul Hakim, mahasiswa Fakultas Ekonomi Semester empat Universitas Negeri Semarang (Unnes) mendirikan toko buku Ruang Semesta pada Oktober 2017. Ide tersebut tercetus dari pengalamannya mengamati mahasiswa baru yang kesulitan mencari referensi buku di sekitar Unnes.
Dari situlah ia tergugah membantu mereka dengan mendirikan toko buku. Selain sebagai toko buku, ruangan tersebut berfungsi sebagai ruang baca sekaligus mini cafe. Ruang Semesta ini berada di Gang Cempakasari, Sekaran.
Menurut Fajar, istilah Ruang Semesta merupakan metafora dari buku yang dilukiskan seperti semesta. Jika kebanyakan orang berpendapat “Buku adalah jendela dunia”, ia mempunyai pandangan lain bahwa buku bukan hanya membahas mengenai dunia, bahkan akhirat pun dapat dibahas dalam sebuah buku sehingga semesta mempunyai konotasi yang lebih luas daripada dunia.
Ruang Semesta ia anggap mengandung segala unsur yang ada. Ruang Semesta juga digunakan sebagai ruang diskusi dalam membedah beberapa buku yang dijual. Diskusi ini tidak hanya dihadiri mahasiswa tetapi juga dosen yang mumpuni sebagai penjelas dalam diskusi tersebut.
Awal usahanya dilalui dengan perjuangan yang tidak mudah. Terpontang-panting menggait pemodal usaha untuk membayar sewa ruko misalnya. Dengan semangatnya yang tak pernah usai, mahasiswa Jurusan Ekonomi ini pun menerapkan berbagai cara. Akhirnya dengan menawarkan jasa mereka sebagai reseller buku di media sosial, mereka bisa mendapat keuntungan tanpa harus mengeluarkan uang terlebih dahulu. Mereka hanya perlu menunggu konsumen sebanyak mungkin. Berangkat dari sanalah usaha mereka berkembang sehingga berhasil melunasi biaya sewa.
Sebagai usaha yang masih menata karir agar diketahui khalayak, Ruang semesta menggunakan alternatif pdf dan media sosial karena dinilai dekat dengan sasaran utama yaitu mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan larisnya promo besar-besaran pada akhir februari 2018 yang dilakukan selama satu minggu dengan mampu menjual 144 buku dengan pendapatan sebesar kurang lebih lima juta.
Bukan hanya itu, meski terbilang baru Rumah Semesta ini pun sudah dikenal khalayak luar Jawa karena telah terjual sampai ke Sumatera. “Diluar ekspektasi, karena ternyata banyak juga ya yang baca, walaupun kelihatannya pada kurang minat namun ternyata juga banyak. Buktinya pada promo besar-besaran kemarin, terdapat 100 lebih yang berminat membeli, bahkan sampai diketahui dan terjual ke Sumatera.” Tutur Fajar mengenai pandangannya terkait minat baca mahasiswa.
Ia mengaku menyukai buku. Begitu juga dengan menulis. Sebenarnya yang membuat toko buku sekaligus cafe ini berdiri kokoh adalah kebahagiaan Fajar bersama buku-buku.
[Afsana, Fitriana]